Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Pelaku Penyerang Novel adalah Pembunuh Bayaran?

30 Desember 2019   07:22 Diperbarui: 30 Desember 2019   08:21 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan | Antara Foto

Novel Baswedan mengaku tidak mengenal dua orang pelaku yang menyerang dirinya. Mungkinkah mereka adalah pembunuh bayaran?

Sesaat setelah selesai solat subuh, tiba-tiba dari arah depan, dua orang mengendarai sebuah sepeda motor menghampiri Novel Baswedan dan menyiram wajahnya menggunakan air keras.

Kedua bola mata penyidik KPK ini nyaris tidak berfungsi. Untungnya, Novel mendapatkan penanganan serius dari Rumah Sakit di Singapura sehingga matanya tidak rusak total. Meski demikian, kedua matanya tidak kembali ke keadaan normal.

Setelah kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan terasa hilang ditelan waktu, kini Polri berhasil menangkap dua orang pelaku yang diduga menyiram air keras ke wajah Novel Baswedan. Meski saat ini masih dalam tahap asas praduga, Polri sudah memberikan keterangan yang meyakinkan publik bahwa dua orang yang ditangkap adalah pelaku yang sebenarnya.

Perlu diketahui, April 2017 hingga Desember 2019 bukan waktu yang cepat dan juga bukan waktu yang lambat untuk kasus tersebut. Pelaku yang merupakan dua anggota Polri mengindikasikan bahwa kasus Novel Baswedan adalah salah kasus high profil di Indonesia.

Selama ini, peristiwa yang menimpa Novel Baswedan diduga terjadi karena beberapa kasus korupsi high profil yang ditangani oleh Novel Baswedan seperti yang didalami oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bahwa kasus-kasus tersebut bisa menjadi motif untuk balas dendam.

Kasus-kasus yang diduga adalah kasus korupsi e-KTP yang menyinggung beberapa politisi termasuk Setya Novanto yang saat ini mendekam didalam penjara. Kasus korupsi yang melibatkan Ali Mochtar, Mantan Ketua MK, kasus dugaan suap oleh mantan Sekjen MA, kasus korupsi Wisma Atlet, pencurian sarang burung walet dan kasus yang terlupakan, Buku Merah.

Setelah TGPF mengumpulkan data dan informasi, hasil temuan TGPF seolah-olah mendukung dugaan ini bahwa ada "Aktor Intelektual" dibalik kasus tersebut sehingga Polri harus lebih mendalami kasus ini untuk mengungkap siapakah aktornya.

Setelah Polri berhasil menangkap RM dan RB yang diduga sebagai pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel, pelaku RB mengatakan bahwa ia tidak suka penyidik senior KPK ini karena ia adalah seorang pengkhianat.

Akan tetapi, pengkhianatan yang dimaksud tidak jelas atau masih abu-abu. Pasalnya, ada yang menduga bahwa kata-kata RB sepertinya dendam pribadi sedangkan yang lain masih menduga motif yang lain. Misalnya kasus seperti Kasus Penembakan Sarang Burung Walet dan kasus simulator SIM sebagai pengkhianatan Novel.

Novel pun menepis dugaan dendam pribadi tersebut karena ia sama sekali tidak mengenal pelaku. Memang tidak logis jika seseorang yang tidak dikenal menyimpan dendam pribadi kepada kita.

Oleh karena itu, terlepas dari apapun motifnya, bagi penulis pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel dapat diduga sebagai pembunuh (eksekutor) bayaran. Usaha untuk melumpuhkan Novel Baswedan yang merupakan penyidik senior KPK dengan motif politis atau perbedaan pandangan.

Kasus-kasus serupa bukan hal asing bagi bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh penting Syafiuddin Kartasasmita, Theys Eluay dan Munir merupakan pelajaran penting bahwa pembunuh bayaran dengan motif politis masih bisa saja terjadi.

Perbedaannya adalah mereka mati terbunuh sedangkan Novel cacat total pada indera penglihatannya. Itulah pembunuh bayaran, hanya dengan 100 juta atau 200 juta, ia hanya melakukan dua hal sesuai permintaan; membunuh atau membuat cacat seumur hidup.

Oleh karena itu, saya tidak ragu menyebut RM dan RB menjalankan perintah dari seseorang untuk mengeksekusi Novel Baswedan dengan merusak kedua matanya dengan air keras.

Bagi penulis, aksi mereka adalah aksi nekad. Pasalnya mereka mengetahui keberadaan CCTV yang memungkinkan Polisi mudah untuk menangkap mereka. Bukankah aksi nekad tersebut adalah perintah uang?

Lalu RM dan RB terlihat berencana untuk tidak menghilangkan nyawa Novel atau cukup membuatnya cacat. Pertama, Mereka menyiapkan air keras dengan takaran yang sangat tepat yang hanya merusak bola mata. Kedua, mereka sudah mengintai arah perjalanan Novel setelah solat sehingga mereka menyiapkan strategi kedatangan mereka untuk menemui Novel.

Akan tetapi, penyidikan kepolisian yang akan membuktikan motif penyerangan terhadap Novel Baswedan dan juga membuktikan apakah RM dan RB adalah pembunuh bayaran?

Mari kita menyimak!!!

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun