Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gathering Bersejarah bagi TBM Dyatame di Akhir Tahun

27 Desember 2019   08:15 Diperbarui: 27 Desember 2019   08:11 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Empri Magi: Foto bersama dalam  gathering

Baca: "Dyatame" di Antara Mimpi Orang Sumba dan Harapan Dunia

Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Kelompok Belajar (KB) Dyatame menutup tahun ini dengan manis. Dyatame melakukan Gathering untuk menjalin tali silaturahmi, membangun keakraban dan rasa kekeluargaan.

Kegiatan yang dilakukan di Museum Rumah Budaya Sumba ini mengusung tema "Merajut Kasih Dalam Bingkai Kebhinekaan Lewat Pengenalan Budaya Sumba" dengan agenda Tour ke Museum, Sharing Toleransi dan Game Keakraban.

Dyatame yang disebut sebagai Surga Para Aksara Sumba memiliki beberapa cabang sehingga kegiatan ini setidaknya menjadi wadah bagi laskar-laskar Dyatame untuk berkenalan.

Anak-anak yang berusia kelas IV SD hingga kelas XII SMA merupakan peserta utama dalam kegiatan inii yang datang dari berbagai desa di sekitar wilayah Wejewa, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

Dengan kehadiran peserta mencapai 400 orang membuat gathering ini menjadi gathering pertama dan bersejarah bagi Dyatame. Dibawah guyuran hujan yang membasahi sebagian wilayah Sumba Barat Daya (lokasi kegiatan) tidak mampu membunuh semangat para laskar Dyatame untuk meramaikan kegiatan ini.

Empat orang mahasiswa menempuh perjalanan empat jam dari Sumba Timur untuk memberi diri sebagai relawan dalam kegiatan ini. Seorang dosen dari Sumba Timur yang mempercepat jadwal ujiannya demi menjadi bagian dari ini. Toraja, Jakarta, Kupang terasa begitu dekat bagi beberapa narasumber dan relawan.

Secara keseluruhan, tidak ada yang berat bagi para relawan yang berprofesi sebagai dosen, polisi, pendeta, arsitek, vicaris, guru, perawat dan sebagainya untuk memberi pikiran dan tenaga demi masa depan generasi muda Sumba.

Padahal menurut Empri (Pengelola Dyatame) kegiatan ini berawal dari niat yang sangat sederhana tetapi dukungan dari para anak muda, orang tua dan semua orang merupakan alasan mengapa gathering ini menjadi gathering pertama yang bersejarah bagi Dyatame. Lebih dari itu, menurut Empri, ini adalah salah satu karya Tuhan yang sangat luar biasa bagi Dyatame.

"Berawal dari niat sederhana, imani dan melibatkan peran anak-anak muda untuk menjadi bagian dalam rangkaian event besar kami. Tuhan membuat semuanya menjadi luar biasa," Cerita Empri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun