Baca:Â "Dyatame" di Antara Mimpi Orang Sumba dan Harapan Dunia
Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Kelompok Belajar (KB) Dyatame menutup tahun ini dengan manis. Dyatame melakukan Gathering untuk menjalin tali silaturahmi, membangun keakraban dan rasa kekeluargaan.
Kegiatan yang dilakukan di Museum Rumah Budaya Sumba ini mengusung tema "Merajut Kasih Dalam Bingkai Kebhinekaan Lewat Pengenalan Budaya Sumba" dengan agenda Tour ke Museum, Sharing Toleransi dan Game Keakraban.
Dyatame yang disebut sebagai Surga Para Aksara Sumba memiliki beberapa cabang sehingga kegiatan ini setidaknya menjadi wadah bagi laskar-laskar Dyatame untuk berkenalan.
Anak-anak yang berusia kelas IV SD hingga kelas XII SMA merupakan peserta utama dalam kegiatan inii yang datang dari berbagai desa di sekitar wilayah Wejewa, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).
Dengan kehadiran peserta mencapai 400 orang membuat gathering ini menjadi gathering pertama dan bersejarah bagi Dyatame. Dibawah guyuran hujan yang membasahi sebagian wilayah Sumba Barat Daya (lokasi kegiatan) tidak mampu membunuh semangat para laskar Dyatame untuk meramaikan kegiatan ini.
Empat orang mahasiswa menempuh perjalanan empat jam dari Sumba Timur untuk memberi diri sebagai relawan dalam kegiatan ini. Seorang dosen dari Sumba Timur yang mempercepat jadwal ujiannya demi menjadi bagian dari ini. Toraja, Jakarta, Kupang terasa begitu dekat bagi beberapa narasumber dan relawan.
Secara keseluruhan, tidak ada yang berat bagi para relawan yang berprofesi sebagai dosen, polisi, pendeta, arsitek, vicaris, guru, perawat dan sebagainya untuk memberi pikiran dan tenaga demi masa depan generasi muda Sumba.
Padahal menurut Empri (Pengelola Dyatame) kegiatan ini berawal dari niat yang sangat sederhana tetapi dukungan dari para anak muda, orang tua dan semua orang merupakan alasan mengapa gathering ini menjadi gathering pertama yang bersejarah bagi Dyatame. Lebih dari itu, menurut Empri, ini adalah salah satu karya Tuhan yang sangat luar biasa bagi Dyatame.
"Berawal dari niat sederhana, imani dan melibatkan peran anak-anak muda untuk menjadi bagian dalam rangkaian event besar kami. Tuhan membuat semuanya menjadi luar biasa," Cerita Empri.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan toleransi kepada anak-anak sejak dini. Pertama, anak-anak diajar untuk bertoleransi dengan alam sekitar dengan hal-hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan botol air minum yang dapat diisi ulang.
Setidaknya hal tersebut menjawab pergumulan Indonesia yang untuk keluar dari zona merah penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Kedua, anak-anak diajar untuk menghargai perbedaan dengan menghadirkan tokoh agama Islam, Katholik dan Kristen yang merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Sumba Barat Daya.
Doa pembukaan dipimpin oleh Pater Pan dari Rumah Budaya Katholik, doa makan oleh Mbak Sari yang mewakili umat Muslim dan doa penutupan oleh Dosen Unwina, Pingky Leolede.
Selain itu, sharing toleransi dari Bripda Andy Halla (Muslim) dari polres Sumba Barat dan Vicaris Tami Lailogo  (Kristen) dari GKS Rajaka Lamboya.
Hal tersebut bertujuan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan. Apalagi di Indonesia yang merupakan negara yang penuh keberagaman suku, agama dan ras
Ketiga, Harus diakui bahwa seiring berjalannya waktu, budaya pun semakin melemah. Oleh karena itu, anak-anak diberikan kesempatan untuk mengenal budaya Sumba dengan mengeksplorasi artefak-artefak yang terdapat di rumah budaya Sumba sehingga budaya bukan tentang masa lampau tetapi budaya tetap dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal.
Penukaran gelang toleransi mewarnai sekaligus mengakhiri kegiatan yang dilakukan pada tanggal 15 Desember ini. Bagi Empri, hal ini sangat sederhana tetapi sangat sarat makna.
"Gelang diberikan satu persatu, kemudian para peserta gathering bertukar gelang sambil mengucapkan "Kita Indonesia" dan saling bersalaman. Bentuk toleransi yang sederhana namun sarat akan makna," tulis Empri dalam akun instagramnya.
Kini, Dyatame bukan sebatas Surga Para Aksara tetapi wadah penebar toleransi.
Salam!!!
Referensi: Wawancara dengan Empri Magi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI