Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Natal dan Filosofi "Sesama" Menurut Suku Dawan (Timor)

25 Desember 2019   01:56 Diperbarui: 22 Januari 2020   12:46 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Timor, khususnya Suku Dawan tidak mengenal sahabat dan teman. Kami hanya mengenal "sesama". Menariknya, "sesama" dalam bahasa Dawan adalah "Aok bian". "Aok" berarti tubuh dan "bian" berarti bagian yang lain. Jadi, "Aok bian" berarti bagian tubuh yang lain.

Oleh karena itu, orang Dawan memaknai sahabat dan teman sebagai bagian tubuhnya yang lain. Misalnya, diri sendiri adalah tubuh bagian kiri kita sedangkan sesama adalah tubuh bagian kanan kita, atau berlaku sebaliknya dan misalnya tangan adalah diri sendiri dan kepala adalah sesama.

Berdasarkan filosofi ini, tidak ada niat jahat dalam naluri orang Dawan untuk menyakiti sesamanya. Bagaimana mungkin, ia dapat menyakiti dirinya sendiri? Orang Dawan sadar bahwa manusia adalah satu tubuh yang tidak dapat dipisahkan. Bagian kanan seorang manusia tidak bisa bergerak dengan baik jika bagian kirinya sudah kaku. Ataukah kita bisa bekerja dengan normal jika kedua kaki sakit atau tanpa kedua kaki? Dan kemungkinan-kemungkinan yang lain.

Mungkin kita pernah terluka di salah satu bagian tubuh, penderitaan dialami oleh seluruh tubuh kita. Contoh yang lebih menarik, mungkin semua orang sudah pernah mengalaminya. Kita mengalami sakit kepala sebagian, misalnya dibagian pelipis sebelah kiri atau kanan. Itu lebih menyakitkan daripada sakit secara keseluruhan. Bukti bahwa, kita tidak bisa hidup tanpa sesama dan kita akan lebih menderita jika sesama kita menderita.

Akan tetapi, kadang kala manusia menyakiti dirinya sendiri secara tidak sengaja. Misalnya, salah satu jari seorang ibu dapur tersayat memotong-motong sayur. Ia tidak memiliki niat untuk memotong jarinya hanya karena kurangnya kehati-hatian.

Lalu ia melepaskan pekerjaannya untuk melakukan pengobatan atau menghubungi dokter jika terjadi pendarahan atau luka yang cukup serius. Kita juga, jika mengalami hal yang sama, kita tidak akan tinggal diam untuk mengobati luka tersebut.

Kadang kita khilaf, menyakiti sesama kita. Tugas kita, merawat kembali luka itu hingga sembuh. Seharusnya hidup ini tidak ada kebencian dan permusuhan karena kita adalah satu tubuh. Meskipun nama dan fungsinya berbeda-beda. Tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan, mata untuk melihat, kulit untuk merasakan dan sebagainya. Dalam kehidupan kita, ada agama Islam dengan kepercayaannya, agama Kristen dengan kepercayaannya, Hindu, Budha dan Kongfuchu pun demikian.

Melalui Perayaan Hari Raya Natal tahun ini, saya mengajak kita semua untuk menganggap semua manusia sebagai "Aok bian" seperti orang Dawan yang tidak saling menyakiti. Mungkin kadang kala ada sesuatu yang salah, selesaikan dengan hati yang tulus dan damai.

Salam Damai Natal untuk seluruh Indonesia.

Terima kasih untuk semua "Aok bian" saya yang telah mengucapkan selamat Hari Natal kepada kami umat Kristiani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun