Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi "Kasih Ibu Sepanjang Masa"

22 Desember 2019   01:43 Diperbarui: 22 Desember 2019   01:45 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | The Asian Parent

Kebesaran kasih seorang ibu tidak bisa diceritakan dan tidak dapat dituliskan

Adakah dari kita yang tidak mengetahui lagu Kasih Ibu Kepada Beta karangan SM Mochtar? Saya pikir tidak ada. Setiap orang yang pernah melewati masa kecil pasti mengetahui lagu ciptaan pria kelahiran Sulawesi Selatan ini.

Karena itu, mari kita mengulang masa kecil kita dengan waktu satu menit untuk menyanyikan lagu tersebut sebagai peringatan hari ibu.


Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.


Saya tidak tahu mengapa SM Mochtar menciptakan lagu ini tetapi jelas bahwa lagu ini memiliki makna yang luas dan sangat mendalam. Lagu ini simpel, ia hanya menegaskan dengan frasa "Bagai Sang Surya Menyinari Dunia".

Bahwa kasih ibu tidak dapat digambarkan dalam sebuah kertas karena tidak akan cukup. Bahkan, tidak ada buku yang cukup untuk menceritakan kasih seorang ibu dalam bentuk narasi.

Lalu apakah frasa "Bagai Sang Surya Menyinari Dunia" menggambarkan kasih sayang seorang ibu? Saya pikir ia. Matahari sudah diciptakan oleh Tuhan dengan megasinarnya yang tak pernah padam. Dunia hanya menyesuaikan, berotasi dan berevolusi untuk memperoleh cahaya matahari.

Jika kita berbicara tentang Matahari maka dalam pikiran kita adalah cahaya yang sangat besar dan terang. Kasih ibu memang seperti itu. Ibu adalah kasih, kasih adalah ibu titik. Tidak ada kata tapi atau kecuali.

Ataukah ada yang menganggap frasa kasih adalah ibu adalah sebuah hal berlebihan? Mari kita menelusuri karya seorang ibu dalam hidup kita.

Siapa yang terlalu tulus untuk memberikan rahimnya menjadi tempat seorang manusia diciptakan oleh Tuhan? Selama sembilan bulan, penderitaan demi penderitaan dirasakan hanya untuk kehidupan seorang anak yang kemudian tidak menghargainya? ataukah untuk seorang laki-laki yang memperkosa seorang perempuan?

Ada yang mungkin membantah saya bahwa hamil itu tidak ada penderitaan, penderitaan datang pada saat melahirkan. Ia, saya bukan seorang perempuan yang bisa menyanggah dengan pengalaman saya hamil sembilan bulan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pembawaan janin bisa memberikan penderitaan tersendiri.

Ngidamnya seorang ibu hamil adalah salah satu penderitaan, ia tidak menyukai beberapa aroma dan makanan, hanya makanan-makanan tertentu yang ia sukai. Ia harus memikul janin yang terus bertumbuh dan berkembang selama sembilan bulan.

Menjelang persalinan, ia harus rela menahan rasa sakit akibat tendangan-tendangan bayi yang akan keluar sebentar lagi. Ibu saya mengatakan bahwa detik-detik seorang perempuan melahirkan, kaki sebelahnya sudah berada di lobang kubur. Artinya bahwa perjuangan seorang ibu melahirkan seorang anak tidak mudah, antara hidup dan mati.

Tidak berhenti disini. Seorang ibu bertanggung jawab untuk membesarkan anak yang telah keluar dari rahimnya. Ia asuh dengan penuh kasih sayang, selama satu sampai dua tahun, ia memberikan ASI yang rutin untuk anaknya.

Seorang teman pernah bercerita bahwa ia pernah mengambil sedikit ASI dari mamanya dan menjemurnya dibawah matahari. Apa yang terjadi? ASI itu berubah menjadi darah. Jujur, saya belum membuktikannya. Akan tetapi, jika hal ini benar maka saya tidak habis berpikir dan membayangkan seorang ibu rela memberikan darahnya diminum untuk kehidupan seorang manusia.

Ia akan berusaha mengkonsumsi makanan yang dapat menambah produksi ASI untuk kelangsungan hidup anaknya. Darahnya nyaris habis, tubuhnya mungkin akan kurus, tenaganya akan berkurang dan fenomena lainnya yang merubah wajah cantiknya menjadi seorang perempuan tua karena seorang anak.

Kasihnya sebagai seorang ibu tidak pernah berhenti ketika anak-anaknya beranjak dewasa bahkan menjadi tua sama seperti dia sekalipun karena "ibu adalah kasih dan kasih adalah ibu". Benar, kasih ibu sepanjang masa.

Selamat Hari Ibu

22 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun