Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelusuri Pikiran Bamsoet di Balik Kemundurannya dari Caketum Golkar

5 Desember 2019   08:21 Diperbarui: 5 Desember 2019   08:18 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Soesatyo | Kompas

"Berat bagi saya untuk ngambil. Tetapi, demi persatuan dan kesatuan Partai Golkar, saya ambil keputusan pahit ini," Kata Bambang Soesatyo.

Keputusan Ketua MPR, Bambang Soesatyo mundur dari bursa pencalonan ketua umum Partai Golkar sedikit mengejutkan publik. Ia, persaingan perebutan kursi ketua umum semakin memanas dan menarik untuk disimak menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Golkar.

Pria yang akrab disapa Bamsoet ini merupakan satu-satunya pesaing berat petahana Airlangga Hartarto. Tidak sedikit orang berpendapat bahwa saatnya Bamsoet menerima tongkat estafet kepemimpinan dari tangan Airlangga.

Mundurnya saksi kunci pada kasus korupsi e-KTP ini atas pertimbangan beberapa hal penting. Pertama, suasana Partai Golkar yang semakin memanas menjelang Munas. Kedua, menjaga kondisi politik yang kondusif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dari berbagai ancaman global. Ketiga, Nasihat para senior di organisasinya maupun para senior Partai Golkar dan keempat,  adanya semangat rekonsiliasi dari dua kubu berdasarkan kesepakatan antara dirinya dengan Airlangga.

Saya sepakat bahwa keputusan Bamsoet adalah keputusan yang sangat sulit. Untuk mundur dari sebuah ambisi dengan alasan yang secara tidak langsung "mempersilahkan" lawan memenangi pertarungan dengan mudah membutuhkan ketulusan hati yang luar biasa.

Saya mencoba menelusuri alam pemikiran Bamsoet yang akhirnya mengalahkan hasrat dan ambisi untuk mengambil alih kursi ketua umum Partai Golkar. Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bamsoet berdasarkan apa yang ia rasakan, bukan apa yang ia pikir paling rasional. Saya pikir bahwa Bamsoet tidak berpikir dengan otaknya tetapi dengan hatinya.

Bagi penulis, gejolak yang terjadi di Golkar dan hampir memecah persatuan seluruh elemen dalam tubuh partai disadari oleh Bamsoet. Akan tetapi untuk memikirkan hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup untuk dipikirkan berulang-ulang karena ia tidak ingin mengambil keputusan untuk mundur sedangkan hatinya tidak sepakat dengan keputusannya tersebut.

Keputusan yang diambil melawan naluri ambisiusnya. Makanya ia menyebut keputusannya sebagai sebuah pengorbanan.

"Inilah pengorbanan saya untuk menjaga keutuhan kita, dan menjaga komitmen Partai Golkar terhadap negara terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin," kata Bamsoet.

Hal yang perlu diapresiasi adalah Bamsoet mampu menemukan sesuatu yang salah dalam tubuh Partai Golkar yaitu ancaman perpecahan. Padahal jika kita melihat perjuangan orang-orang disekitarnya sangat luar biasa dan bisa saja dikatakan bahwa pendukungnya adalah orang-orang rasional dan tidak mempedulikan itu.

Disisi lain, Bamsoet sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaaan dan persatuan dalam Partai Golkar itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi mementingkan kepentingan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun