Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya "Menolak" Teori Pluralisme dalam Agama

2 Desember 2019   09:08 Diperbarui: 2 Desember 2019   09:19 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama-agama yang lain pun memiliki konsep pluralisme agama tersendiri. Tentunya pro-kontra sering terjadi dalam agama tersebut karena perbedaan penafsiran.

Nah, apakah saya menolak pluralisme agama dan tidak toleransi? Tidak. Saya menolak pluralisme dalam agama Kristen tetapi menganut pluralisme sosial. Pluralisme sosial adalah paham yang seharusnya diterima oleh siapapun yang ada dimuka bumi yang penuh dengan keberagaman ini.

Mengapa? Kita tidak akan menemukan sebuah titik temu bahwa semua agama itu sama. Saya tidak bisa memaksa orang Islam, Hindu, Budha dan lain sebagainya untuk percaya Yesus Kristus adalah Tuhan atau percaya Yesus baru selamat.

Akan tetapi, jika anda bertanya kepada saya, apa yang saya lakukan untuk selamat? Saya akan mengatakan percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat. Ya, karena saya yakin dan percaya itu.

Begitupun sebaliknya, orang Islam tidak bisa memaksa saya percaya bahwa Muhammad SAW sebagai nabi dan berbuat baik untuk selamat. Akan tetapi, jika saya bertanya kepada orang muslim, apa yang saya lakukan untuk selamat? Saya yakin bahwa saya diajak untuk mengucapkan kalimat syahadat dan lain sebagainya.

Budha dan Hindu pun demikian, mereka tidak memaksa saya untuk percaya pada Dewa (Tuhan) mereka. Jika saya bertanya, apa yang saya lakukan untuk selamat? Saya yakin lagi bahwa mereka akan mengajak saya untuk percaya Dewa mereka.

Kemarin ada yang berkomentar bilang, aturan agama saya tidak boleh menghadiri hari raya agama ini, tidak boleh melakukan hal-hal tertentu dengan agama lain dan sebagainya. Bahkan, dia bilang terserah anda mau ikut rayakan Imlek kek, Maulid kek, saya tidak akan hadir di natal anda.

Loh, terus yang suruh anda ikut natal siapa? Saya kan hanya bercerita bagaimana kami di Amanuban membangun atmosfer toleransi.

Jadi, maksud saya adalah siapapun dia harus dan wajib mematuhi aturan agamanya dan boleh untuk tidak membenarkan agama lain tetapi anda harus menerima kenyataan bahwa hidup ini penuh dengan keberagaman.

Saya tidak membenarkan agama manapun selain Kristen, saya yakin dari agama lain pun demikian, tidak membenarkan agama Kristen dan membenarkan agamanya. Tidak salah, namanya juga iman dan keyakinan. Tetapi apakah dengan demikian, kita harus saling membenci? Kita harus bermusuhan?  Tidak juga.

Kita memiliki tugas untuk memperkuat toleransi dengan cara kita masing-masing. Hadiri hari raya mereka atau apapun itu selagi anda masih dalam jangkauan toleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun