Sedangkan uang kuliahnya ia berhasil memperoleh bantuan dari beasiswa afirmasi dari pemerintah untuk anak Papua.
Saat menjalani studi S1 Teknik Pertambangan dan Perminyakan di ITB, ia sempat menjalani masa transisi yang mengkwatirkan. Pada semester awal, ia hanya mampu meraih IP 1,5 karena ia harus bersaing dengan orang-orang di luar Papua yang pendidikannya jauh lebih baik. Tertekan secara psikis, itulah yang dialami Billy.
Billy terancam drop out pada semester berikutnya karena syarat di ITB tidak boleh meraih IPK dibawah 2 pada dua semester pertama.
Billy tahu, apa yang harus dilakukan. Ia terus berjuang dan akhirnya ia menyelesaikan studi S1-nya. Ia kemudian bekerja di sebuah perusahaan migas milik Inggris dengan gaji yang cukup fantastis. Di Hitam Putih, Billy tak tanggung-tanggung mengiakan jika gajinya lebih tinggi dari saat ini ia menjabat sebagai staf khusus presiden.
Akan tetapi, selain ia merasa berhutang budi dengan tanah Papua, Billy ingin membangun SDM Papua sehingga ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali. Di sana ia mendirikan "Yayasan Kitong Bisa" untuk membantu anak-anak Papua bersekolah seperti dirinya.
"Saya melihat kompleksitas pendidikan dan juga akses pendidikan masih menjadi kendala di Papua, oleh karenanya kami fokus dalam pembangunan SDM. Hal ini sesuai juga dengan komitmen Presiden Jokowi dalam membangun SDM," terang dia.
Yayasan Kitong Bisa kini menjelma sebagai surga untuk para kaum miskin di tempat kelahirannya. Saat ini, 20 orang orbitan "Kitong Bisa" sedang menempuh studi di berbagai universitas ternama dunia. Bahkan, ada beberapa di antaranya sudah menjadi pengusaha.
Karena itu, Pada tahun 2017, ia ditunjuk sebagai utusan Indonesia yang berbicara tentang isu pendidikan di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Dan ditunjuk sebagai duta muda pembangunan berkelanjutan atau SDG's asal Indonesia hingga saat ini.
Usahanya membangun Papua mengantarkan Billy ke Australia. Ia menyelesaikan studi di Australian National University (ANU) dengan beasiswa dari Pemerintah Australia dan menjadi mahasiswa terbaik pada 2015.
Tak puas disana, Billy menempuh studi gelar Magister (MSc) dalam bidang bisnis di Universitas Oxford, Inggris dan saat ini sedang dalam proses penyelesaian tesis.
Menariknya, sebelum menyelesaikan Magister di Oxford, Billy sudah memperoleh beasiswa LPDP untuk studi doktor di Amerika Serikat.