Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko menganggap apa yang dilakukan oleh Awkarin adalah untuk mencari sensasi.
"2 contoh kebaikan oleh 2 perempuan: 1. Awkarin & 2. Tri Mumpuni.. Yg pertama basisnya sensasi, yg ke 2 esensi. Kebaikan harus sensasional tp yg lebih penting juga esensial. Tak cukup salah 1. Budaya kita lebih suka yg pertama, meski tubuh kita butuh yg ke 2.. Yg esensial mengubah nasib banyak orang dgn mendalam tp jumlah yg terdampak lebih sedikit drpd dampak tindakan kebaikan sensasional. Kebaikan sensasional menginspirasi jauh lebih banyak orang tp dangkal dampaknya,"Â tulis Budiman di Twitter, Senin (14/10/2019).
Ada kritik yang tidak sehat dalam cuitan politisi yang satu ini. Apa maksudnya? Memuji tapi malah menjatuhkan. Apa maksudnya membandingkan dengan yang lain? Jika tidak bertujuan untuk merendahkan apa yang dilakukan?
Netizen yang saya sebut sebagai pembunuh abu-abu masa depan dalam artikel "Mengkritik Pembunuh Abu-abu di Balik Kepergian Sulli" pun ikut mengkritik. Bahkan Tsamara Amany mengaku ada yang mention dirinya untuk membandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Awkarin.
Tidak ada artinya Awkarin melakukan semua hal di atas? Membandingkan Awkarin dengan Butet Manurung? Atau Awkarin dengan Tsamara? Konyol. Kita membandingkan burung yang bisa terbang di udara dengan ikan yang hanya bisa berenang di laut.
Jangan-jangan kita menuduh orang lain melakukan sensasi dengan cara membuat sensasi.
Saya pikir pidato, orasi dan komentar politik lebih sensasional bahkan tidak memiliki dampak karena hanya janji manis. Memberikan harapan tapi dangkal bahkan kosong.
Karena itu, saya hanya ingin menyampaikan bahwa visi hidup kita berbeda. Berdampak bagi orang lain pun berbeda. Soal sensasi atau tidak tergantung cara kita merespon. Seringkali kita yang membuat sesuatu menjadi sensasi bukan orang yang bersangkutan.
Kebaikan, perbuatan baik dan karya orang selalu baik tergantung bagaimana kita memandang hal tersebut. Bagaimana kita menilai, menyikapi dan meresponinya.
Mari kita menghargai karya orang lain meskipun hanya sebesar biji mata ayam. Mari kita melihat usaha-usaha orang lain meskipun banyak kesalahan yang dilakukan karena mangga tetaplah buah meskipun anggur lebih manis.
Kita menjadi orang yang lebih baik dan lebih hebat; kita menjadi lebih sempurna daripada orang lain hanya dengan menjelekkan orang lain. Bodoh! Menjadi lebih besar dari orang lain tidak harus dengan membuat orang lain lebih kecil.