Di dunia ini, terlalu banyak hakim yang menghakimi orang lain. Bahkan, kadang mereka menjelma sebagai pembunuh abu-abu
Kematian Sulli, seorang bintang K-Pop terbilang cukup tragis. Pasalnya, ia ditemukan tewas bunuh diri dalam rumahnya. Setelah ditelusuri, artis yang memiliki nama lahir Choi Jin-ri ini mengalami depresi tingkat tinggi selama beberapa tahun.
Bagi penulis, depresi sang artis dimulai sejak keputusannya meninggalkan F(x), grup K-Pop yang membesarkan namanya. Waktu itu, banyak orang yang melontarkan kata-kata kasar, hujatan, dan fitnah melalui media sosial terhadap dirinya.
Bukan hanya itu, beberapa kontroversi dalam foto-foto yang diedarkan melalui Instagramnya menuai komentar buruk dari netizen terhadap dirinya.
Setiap harinya ia menjalani hidup dengan penuh hujatan oleh banyak orang selama 5 tahun sejak ia undur diri dari f(x). Sungguh menyedihkan, dalam Video terakhir live streaming Sulli yang beredar, ia mempertanyakan cara netizen memperlakukannya.
"Aku bukan orang jahat. Kenapa kalian berbicara jelek tentang aku? Beri tahu aku satu hal yang membuatku pantas diperlakukan seperti ini," Kata Sulli dalam videonya
Dalam reality show Jinro Store, Sulli mengungkapkan kepada publik bahwa ia memiliki gangguan kesehatan mental. Namun, sebetulnya pengakuan Sulli sejak tahun 2014 disaat detik-detik terakhir ia meninggalkan F(x).
Gangguan mental yang dialami oleh Sulli adalah Fobia Sosial atau kecemasan sosial (social anxiety disorder). Menurut National Institute of Mental Health (NIMH) fobia sosial diartikan sebagai kondisi kesehatan mental yang membuat seseorang takut karena merasa terus-menerus diawasi oleh orang lain.
Orang-orang seperti ini merasa takut jika dihina, dihakimi, dan ditolak. Gangguan ini akan mengakibatkan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari orang dengan fobia sosial terganggu. Itulah hal yang dialami Sulli.
Dilansir dari Alodokter.com, Apabila fobia sosial tidak ditangani, akan menyebabkan penderitanya merasa rendah diri, tidak dapat berinteraksi dengan orang lain, tidak mampu bersikap tegas, sangat sensitif pada kritikan. Bahkan, penderita dapat jatuh ke dalam kondisi kecanduan alkohol, penyalahgunaan NAPZA, hingga percobaan bunuh diri.
Pelajaran dari Kasus Kematian Sulli
Saya merupakan salah satu orang yang mengecam kasus bunuh diri. Saya menganggap bahwa mereka tidak mampu mengatasi segala bentuk depresi yang mereka alami, seolah-olah bunuh diri adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi hal tersebut.