Saya membayangkan jika seseorang mengalami sakit gusi atau periodontitis yang sangat serius pergi berobat di seorang dokter gigi.
"Bu dokter, saya sedang mengalami periodontitis, saya susah makan Bu dokter"Â kira-kira seperti itu kalimat pasien.
"Sepertinya ini rekayasa Pak, sepertinya pak ingin bantuan BPJS deh,"Â jawab sang dokter tanpa memeriksa terlebih dahulu.
Atau misalnya seorang pasien mengalami sedikit gangguan sakit gusi yang disebabkan karena cedera bukan virus.
"Bu dokter, sepertinya saya sedang mengalami periodontitis, saya susah makan Bu dokter"Â kira-kira seperti itu kalimat pasien.
"Ya, penyakit ini sangat serius Pak. Penyakit harus segera ditangani jika tidak berbahaya,"Â jawab sang dokter tanpa memeriksa terlebih dahulu.
Kira-kira itu sekilas gambaran umum tentang Indonesia saat ini. Hoaks disebarkan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan kemampuan. Mereka memiliki otoritas  yang dapat digunakan untuk membuat orang lain percaya pada rekayasa argumentasi mereka.
Di sisi lain, masyarakat kita dengan cepat mempercayai informasi yang diperoleh tanpa meneliti dan memahaminya terlebih dahulu.Â
Seharusnya informasi itu seperti makanan yang dikonsumsi, melewati tahapan dan prosedur yang jelas sebelum nilai gizinya disebarkan oleh usus halus ke seluruh tubuh.
Jika makanan yang dikonsumsi mengandung racun maka setelah masuk ke dalam perut akan menyebar ke seluruh tubuh dan membunuh kita dalam hitungan detik.
Sebelum kita mengambilnya, pertama-tama melewati proses pengamatan oleh indera penglihatan sebelum tangan mengambil dan masuk kedalam mulut.