Pada bulan September hingga bulan Maret terdapat sekelompok orang yang beroperasi mencari anak kecil dan juga orang dewasa untuk mengambil kepala atau organ tubuhnya. Tentunya ini menakutkan bagi orang yang mendengarnya.
Ironisnya, kabar ini dipoles dan diceritakan oleh semua orang dengan penuh keyakinan. Bahkan, mereka yang bercerita mencoba menciptakan sebuah kejadian yang terjadi di desa tetangga.
Contoh, baru saja terjadi penangkapan salah satu anak dari bapak A dan dicari-cari tapi belum ditemukan. Atau anak dari bapak B telah hilang seminggu yang lalu dan sampai dengan saat ini tidak ditemukan.
Kejadian ini diceritakan dengan penuhi drama dan intonasi suara yang sangat meyakinkan. Setelah dicek kebenarannya, ternyata tidak. Kemudian orang yang menceritakan hal tersebut ditanya darimana ia tahu, dia akan menyebutkan beberapa orang yang menceritakan kejadian itu. Kalaupun terus ditelusuri, tidak akan ditemukan siapa yang menyebarkannya.
Tetapi kebanyakan yang terjadi adalah kebenaran dari hal tersebut tidak dipastikan oleh masyarakat setempat sehingga secara tidak langsung mereka mempercayai kejadian fiktif tersebut.
Ada beberapa yang memilih percaya dan hati-hati karena menganggap bahwa keberadaan orang potong kepala bukan cerita bohong tetapi benar-benar ada di dunia ini.
Akibatnya, aktivitas masyarakat di luar rumah menjadi berkurang. Misalnya pekerjaan di kebun akan berkurang, tanaman-tanaman tidak dikunjungi.
Ironisnya, hoaks yang ceritanya tidak pernah berubah dari dulu hingga saat ini masih dipercayai oleh masyarakat, padahal kejadian-kejadian fiktif yang biasanya diceritakan tidak pernah terjadi.
Saya sendiri sudah terbiasa dengan hal tersebut sudah 24 tahun tapi tidak pernah melihat dengan mata bahwa ada seseorang yang kepalanya atau organ tubuhnya diambil oleh orang potong kepala.
Malah yang terjadi setelah beredar kabar tersebut adalah hasil-hasil kebun sudah dicuri orang seperti singkong, pisang, kelapa dan sebagainya. Bahkan, setelah berakhirnya era penyebaran hoaks tersebut, angka kehamilan diluar nikah semakin tinggi.
Dari sinilah saya menyimpulkan bahwa ini adalah benar-benar hoaks yang sudah menjelma sebagai mitos yang dipercayai oleh masyarakat. Akan tetapi, sudah banyak masyarakat yang sadar akan hal ini sehingga penyebaran kabar ini tidak begitu masif seperti yang dulu.