Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan dari Regenerasi Penulis

9 September 2019   17:41 Diperbarui: 10 September 2019   11:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.

Itulah kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Anak Semua Bangsa. Ya, salah satu cara manusia bersuara adalah melalui sebuah tulisan. Banyak orang yang tidak bisa berbicara dengan fasih tetapi bisa menyuarakan suaranya melalui tulisan yang sangat menarik.

Selain tidak bisa berbicara dengan fasih, menyuarakan sesuatu melalui orasi memiliki banyak hambatan, termasuk bisu dan lain sebagainya.

Akan tetapi, ide dalam pikiran seseorang tidak dapat dihambat dan salah satu cara menuangkannya tanpa hambatan adalah menuliskannya.

Helen Adams Keller, Seorang penulis dari Amerika yang menulis buku-buku terkenal seperti The World I Live In dan The Story of My Life dalam keadaan buta. 

Hal tersebut di atas merupakan salah satu alasan saya harus menulis. Meskipun tulisan-tulisan saya masih kategori amburadul, saya terus belajar untuk menyuarakan pendapat saya melalui tulisan.

Bersuara, menceritakan dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin adalah salah satu mimpi saya. Oleh karena itu, menulis adalah salah satu cara saya menyampaikan semuanya.

Sebagai seorang guru saya sadar bahwa, efek berjuang seorang diri tidak akan sebanding dengan dua atau lebih orang menyuarakan hal yang sama.

Meski masih minim pengetahuan tentang menulis, saya ingin membagikan sedikit ilmu yang saya peroleh dari penulis-penulis hebat di Indonesia termasuk para kompasioner senior yang sudah maestro dalam menyuarakan keadilan, kesejahteraan dan hak-hak masyarakat.

Contohnya, Ibu Leya, salah satu kompasioner paling kritis dengan tulisan-tulisan ciamik yang saya pernah kenal. Bagi saya, Ibu Leya banyak menyuarakan hak-hak rakyat, kaum perempuan dan sebagainya melalui tulisan-tulisannya.

Saya semakin termotivasi untuk mendorong dan mengajak banyak orang untuk menulis ide-ide mereka demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun