Lokananta adalah satu-satunya studio bersejarah di Indonesia yang menyimpan banyak rahasia.
Slank akan merampungkan album baru mereka berjudul " Slanking Forever". Rencananya akan dilakukan di studio rekaman Lokananta, Solo dan mengajak Presiden Jokowi.
"Iya, kami rencananya mau relaunch album Slanking Forever lagi di sana, Presiden datang, Wali Kota datang. Jadi Lokananta hidup lagi,"Â ujar vokalis Slank, Kaka dalam jumpa pers di kawasan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/8/2019).
Lagu-lagu dalam album Slank Forever diantaranya adalah "Rumahku Itu Kamu", "Bercinta Di Surga", "Jangan Marah", "Ramai Tapi Sepi", "CCTV Tuhan", "Sumba Humba", "So Goodbye", "Oh Memi", serta dua lagu instrumental "Rocknrolloka", dan "Solo Balapan".
Studio Rekaman Lokananta Solo
Studio ini merupakan satu-satunya studio milik negara yang bersejarah di Indonesia. Bersejarah karena merupakan fondasi perkembangan musik di Indonesia.
Studio ini dipelopori oleh Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero dan Oetojo Soemowidjojo pegawai RRI Solo pada tanggal 29 Oktober 1956 tepat pukul 10.00 WIB yang berlokasi di Jl. A. Yani No.379, Kerten, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah. Jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari Stasiun Purwosari, Solo.
R. Maladi yang menggagas nama Lokananta tetapi nama resmi pertamanya adalah Pabrik Piringan Hitam Lokananta Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Akan tetapi, studio ini hampir dinamakan "Indra Vox" singkatan dari Indonesia Raya Vox, namun kemudian ditolak Bung Karno.Â
Alasan pendirian studio ini karena pada zaman itu lagu-lagu barat dalam bentuk PH hampir 'menguasai' siaran materi Radio Republik Indonesia (RRI). Sehingga Bung Karno dan nama-nama yang saya sebutkan di atas resah dan tidak ingin kalah dan memprakarsai berdirinya studio tersebut.
Karena dipelopori oleh pegawai RRI, Fungsi utama Lokananta saat itu adalah sebagai unit pelaksana untuk duplikasi materi siaran RRI.
Awal berdiri, Lokananta mempunyai dua tugas besar yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian cassette audio. Pada tahun 1958, piringan hitam mulai dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang berarti "seperangkat  gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu".
Pada tahun 1961, Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 215 Tahun 1961 yang mengatur tentang  Perusahaan Lokananta yang kemudian berkembang menjadi label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah, lagu wajib nasional, lagu pop, lagu keroncong, pertunjukan kesenian, juga penerbitan buku dan majalah. Saat itulah Lokananta berganti nama menjadi "Perusahaan Negara Lokananta".
Seiring berkembangnya zaman, piringan hitam kalah trend dengan kaset pita. Menanggapi hal tersebut, pada tahun 1972, Lokananta beralih dari produksi piring hitam ke kaset pita. Sebagai dokumen, Lokananta menyimpan 53.000 piringan hitam sekaligus sebagai bukti pernah memproduksi piringan hitam.
Pada tahun 1983 Lokananta mempunyai unit produksi penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Kemudian pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri Penerangan Harmoko sebagai satu-satunya studio rekaman paling besar di Indonesia hingga saat ini. Penggandaan video tidak bertahan sejak Departemen Penerangan dibubarkan.
Studio yang memiliki arti nama 'Gamelan di Kahyangan Yang Berbunyi Tanpa Penabuh' ini pernah juga dirasakan oleh musisi-musisi ternama yang legendaris seperti Gesang, Sam Saimun, Waljinah, Buby Chen, Titik Puspa dan Jack Lesmana.
Menarik Penyanyi keroncong legendaris Waldjinah merupakan musisi yang dilahirkan dari studio ini. Buktinya, ia pernah menerima penghargaan AMI Awards 2017.Â
Yang lebih menarik adalah Lokananta menjadi tempat perekaman lagu-lagu kebangsaan dan pidato-pidato berpengaruh Bung Karno yang masih tersimpan hingga saat ini. Khususnya untuk lagu Indonesia Raya, rekaman resmi pertamanya versi 3 stanza aransemen Josef Cleber.
Begitupun lagu Rasa Sayange yang dikenal oleh seluruh angkatan masyarakat Indonesia juga diproduksi oleh Lokananta dalam bentuk piringan hitam yang kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962.
Beberapa musisi era kekinian seperti Gleen Fredly, Slank dan Ahmad Dhani pernah juga melakukan rekaman di studio musik ini.Â
Paling menarik dari studio berumur 63 tahun ini adalah memiliki speaker yang hanya ada dua di dunia yakni di Lokananta dan yang lain di studio BBC. Bahkan, Speaker buatan perusahaan audio milik James Bullough Lancing yang ada di Lokananta, tinggal satu-satunya di dunia.
Oleh karena itu, tak heran kualitas rekaman di Lokananta juga setingkat lebih bagus daripada studio Abbey Road di London, Inggris.
Karena cukup tua di Indonesia, Lokananta bukan hanya sebagai studio rekaman tetapi juga menjadi museum musik di Indonesia. Pasalnya, Lokananta masih menyimpan koleksi mesin-mesin yang pernah digunakan sejak tahun berdirinya.Â
Seperti mesin quality control keluaran tahun 1980, pattern generator keluaran tahun 1980, mesin pemotong pita keluaran tahun 1980, VHS Video Recorder keluaran tahun 1990, pemutar piringan hitam keluaran tahun 1970, power amplifier keluaran tahun 1960, dan lain sebagainya yang masih berfungsi hingga saat ini.
Saat ini, Lokananta masih aktif sebagai satu-satunya studio analog yang tersisa di dunia dan menghasilkan Record Store Day dan Cassette Store Day. Live Session bersama para musisi dan event-event musik dengan komunitas sebagai kegiatan selingan.
Meski demikian, minat anak muda untuk melakukan rekaman disini masih minim. Kebanyakan yang ingin melakukan rekaman disini adalah mereka yang melihat Lokananta.
Paling banyak dikunjungi ketika ada event-event musik. Dilansir dari situs WisataSolo.ID, banyak diantara warga Solo sendiri bahkan kurang menghargai keberadaannya padahal Lokananta di masa kejayaannya membuat Gesang dan legenda hidup "Si Walang Keket" Waldjinah yang merupakan putra-putri Solo dikenal sebagai musisi hebat.
Oleh karena itu, usaha Slank untuk menghadirkan Presiden Jokowi dan Walikota Solo diharapkan menjadi titik bangkit Lokananta sebagai studio bersejarah dan langka yang akan dikenal oleh dunia.
"Hidup Musik Indonesia"
Salam!!!
_______________________
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima; Enam; Tujuh.
_______________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H