Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bentrok di Asrama Mahasiswa Papua, Masyarakat Indonesia Belum Cerdas?

20 Agustus 2019   07:59 Diperbarui: 20 Agustus 2019   19:35 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa membakar ban saat kerusuhan di pintu masuk Jalan Trikora Wosi Manokwari, Senin (19/8/2019). |Kompas.com

Peristiwa yang melibatkan sejumlah ormas dan mahasiswa dan masyarakat Papua seharusnya tidak boleh terjadi.

Dugaan perusakan bendera oleh mahasiswa Papua menuai kerusuhan. Beberapa ormas mengepung asrama mahasiswa Papua di Surabaya karena tidak menerima kenyataan tersebut.

Pengepungan asrama mahasiswa Papua disertai makian dengan kata-kata rasis. Asrama dilempari dengan batu sehingga seluruh mahasiswa Papua terkurung dalam aula.

"Kami terkurung di aula. Ormas, tentara, dan Satpol PP masih di luar pagar, belum masuk. Tentara masuk depan asrama disusul lagi Satpol PP lalu merusak semua pagar. Mereka maki kami dengan kata-kata rasis," kata Dorlince, juru bicara Aliansi Mahasiswa Papua.

Akan tetapi, perusakan bendera merah putih tidak diketahui oleh mahasiswa Papua. Menurut Dorlince, ada penggiringan opini yang menuduh mereka merusak bendera merah putih.

"Opini yang digiring di luar sana itu, kami (dituduh) merusak bendera dan sejenisnya. Sementara kami sendiri tidak tahu," ujar Dorlince.

Akibatnya masyarakat Papua tidak menerima tindakan yang dianggap sebagai diskriminasi terhadap mahasiswa Papua. Demonstrasi secara besar-besaran terjadi di Manokwari. Gedung DPRD dibakar, aparat dilempar dan sebagainya.

Peristiwa ini adalah sebuah tindakan tanpa mikir yang bisa memicu perpecahan. Ya, sejumlah ormas yang mengepung asrama mahasiswa Papua bertindak seperti sumbu pendek yang cepat ledak. Tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu, penyerangan langsung dilakukan.

Oke. Tindakan mereka adalah membela bangsa Indonesia tetapi bukankah hal tersebut adalah main hakim sendiri? Bukankah kepolisian bisa menanganinya sendiri?

Ormas terprovokasi dengan penyebaran informasi di media sosial. Sehingga tindakan ormas sudah mengarah pada suku dan hal ini sangat berbahaya. Pada bulan Juli saya menulis artikel berjudul "Lampu Kuning dari Ahok untuk Indonesia". Dalam tulisan tersebut saya membahas tentang isu SARA yang mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Isu SARA memang sangat berbahaya. Peristiwa Sampit adalah salah satu kerusuhan antara suku Dayak dan Madura yang paling mematikan karena isu-isu seperti ini. Dugaan dan tindakan tanpa memastikan kebenarannya dan main hakim sendiri yang membawa-bawa suku.

Akibat terprovokasi dengan penyebaran informasi di media sosial dan membawa-bawa nama suku. Masyarakat Papua pun tidak tinggal diam. Ini sangat berbahaya.

Ditambah lagi dengan lontaran makian dengan kata-kata rasis. Terlepas dari benar atau tidaknya pengakuan Dorlince soal makian dengan kata-kata rasis. Saya sendiri menyesali itu, tindakan tersebut memang "Kurang Ajar". Apa maksudnya?

Tidak heran jika masyarakat Papua tersulut emosi dan melakukan tindakan anarkis dalam demonstrasi mereka. Sayang sekali, beberapa fasilitas negara dirusak.

Seharusnya masyarakat Indonesia sudah cerdas dalam menanggapi hal-hal seperti ini. Kita seperti orang gila yang bertindak tanpa mikir. Kita memperlihatkan Indonesia di dunia luar yang masih sibuk dengan isu SARA. Hello, hari gini isu SARA? Banyak negara yang sudah berkeliaran di bulan dan kita masih putar-putar dibawah tempurung. Lucu, isu SARA bagi negara lain itu sampah tapi kita masih pelihara. Ya, sudah, begitulah.

Pelajaran penting bagi kita yang masih waras adalah jangan terprovokasi dengan berita yang belum pasti kebenarannya. Agar jangan terprovokasi dengan penyebaran informasi yang tidak jelas, berita tersebut disampaikan kepada kepolisian untuk menangani secara hukum sehingga tidak ada perluasan masalah.

Manajemen emosi pun sangat perlu dalam menanggapi hal-hal yang belum diketahui kebenarannya sehingga tindakan anarkis dihindari dalam aksi-aksi dan sebagainya.

Saat ini, masalah sudah reda, Jokowi pun meminta masyarakat Papua memaafkan. Kita berharap polisi usut tuntas dan menangkap pelaku penyebaran informasi.

Terima kasih. Salam!!!

Referensi: Kompas.com, Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun