Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Inilah "Penumpang Gelap" di Kubu Prabowo yang Dimaksud Gerindra

10 Agustus 2019   03:52 Diperbarui: 12 Agustus 2019   22:32 30585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberi hormat kepada Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri saat hadir pada pembukaan Kongres V PDIP (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Akhirnya Gerindra mengakui bahwa terdapat penumpang gelap yang memanfaatkan posisi Prabowo Subianto. Siapa penumpang gelapnya?

Adanya penumpang gelap pada Pilpres 2019 bukan lagi rahasia atau sebatas isu maupun hoaks. Akan tetapi, tidak cukup bukti untuk membuktikan bahwa adanya penumpang gelap di kubu Prabowo-Sandi.

Memang isu-isu yang berkembang tidak terlepas dari adanya penumpang gelap di kubu Prabowo-Sandi tetapi seringkali politisi-politisi Prabowo-Sandi mematahkannya dengan argumentasi-argumentasi ciamiknya. 

Tidak ada satupun yang mengatakan bahwa ia kami sedang ditunggangi oleh sekelompok orang demi kepentingan mereka.

Akan tetapi, "Bau busuk tidak bisa disembunyikan". Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad akhirnya mengaku bahwa ada penumpang gelap pada Pilpres 2019 yang memanfaatkan posisi Prabowo yang notabenenya adalah lawan politik Jokowi.

Menurutnya, dugaan penumpang gelap barulah nampak pada saat pasca pilpres dimana hasil Quick Count yang memperlihatkan bahwa Jokowi menang telak atas Prabowo. 

Klaim menang dari 62%, Demo 22 Mei dengan korban jiwa hingga gugatan Pilpres di Mahkamah Konstitusi sepertinya ada adu domba antara Jokowi dengan Prabowo.

"Prabowo jenderal perang, dia sudah baca dalam situasi terakhir. Dia sudah bilang sama kita kalau kita diadu terus, kita terus dikorbankan," kata Dasco saat ditemui di rilis nasional Cyrus Network, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).

Dugaan Sementara:Adanya Penumpang Gelap

Dugaan adanya penumpang gelap oleh Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi sejak dilakukannya gerakan #2019GantiPresiden yang diinisiasi oleh politikus PKS, Mardani Ali Sera.

Menurut Muradi, gerakan #2019GantiPresiden merupakan gerakan yang ingin membangun sentimen ketidaksukaan pada pemerintahan Jokowi karena dianggap tidak mewakili kepentingan politiknya.

Ia menilai hal tersebut dari 5 hal yang disebut sebagai indikasi kuat bahwa benar adanya penumpang gelap di kubu Prabowo-Sandi. Akan tetapi, bagi penulis hanya dua hal yang paling menarik untuk ditampilkan pada tulisan ini.

Pertama, para politisi dan partai sudah sepakat mengusung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden tetapi masih enggan untuk diasosiasikan dengan Prabowo dan Sandiaga. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan agenda antar partai dan politisi.

Kedua, gerakan #2019GantiPresiden hampir tidak pernah mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Mereka lebih fokus pada kampanye gerakan. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri jika gerakan tersebut bermetamorfosa kembali untuk menolak pengguanaan tagar #2019PrabowoPresiden.

Selain Muradi, Pakar Kriminologi Universitas Indonesia, Nurrudin Lazuardi menilai adanya penumpang gelap dari kampanye-kampanye hitam yang sengaja dilakukan oleh beberapa oknum.

Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing  pun menilai adanya penumpang gelap dalam pilpres 2019. 

Akan tetapi, Lazuardi dan Sihombing tidak menceritakan secara lengkap siapa yang dimaksudkan. Mereka hanya memberikan peringatan bahwa ada penumpang gelap sedang menunggangi salah satu paslon.

Menguatnya Dugaan Sementara:Adanya Penumpang Gelap

Pasca Pilpres dan menjelang pengumuman hasil pemilu adalah keadaan dimana terjadinya ketegangan yang luar biasa. Penulis mengatakan luar biasa karena klaim kemenangan terus didengungkan oleh kubu Prabowo-Sandi dengan data yang tidak jelas dan berubah-ubah. Ia.

Bahkan, ada ancaman keras bahwa jika Prabowo-Sandi dinyatakan kalah maka langkah terakhirnya adalah People Power bukan jalur konstitusi. Bagi saya ini ngotot dan mengindikasikan adanya penumpang gelap yang berlatar belakang kelompok garis keras.

Memang orang-orang seperti ini tidak bisa kita bilang bahwa tidak ada. Masih ingatkah dengan masa kecil, ketika kita bermain secara berkelompok, ada kalanya kita berhadapan dengan teman yang menganggap dirinya menang, padahal sejatinya kalah.

Orang-orang seperti ini, Sebenarnya menderita "Delusional". Meski telah jelas bahwa mereka kalah mereka tetap mengklaim diri menang.

"Kalau seseorang mengalami kecenderungan delusional, psikolog akan menyebut reality testing-nya kacau. Karena dia mengingkari realitas yang umum. Jadi tinggal dilihat saja, apakah kriteria tersebut sesuai dengan orang yang sedang diobservasi," kata Psikolog Tika Bisono.

Akan tetapi, ada hal yang lebih menarik terkait dengan ini. Para peneliti dari University College London (UCL) di Inggris berusaha menyelidiki fenomena perdebatan antara dua orang dengan pandangan politik berbeda yang tidak mau mengakui kekurangan atau kesalahan mereka.

Dalam jurnal Current Biology, para peneliti mengungkap bahwa mereka yang punya pandangan radikal tidak bisa memahami kesalahan mereka sendiri dibanding orang dengan pandangan moderat.

Lebih parahnya lagi, saat sedang berdiskusi dengan suatu hal yang tidak berhubungan dengan politik pun mereka tidak dapat memahami kesalahan mereka sendiri.

"Kami mencoba untuk mengklarifikasi apakah orang-orang yang punya pandangan politik radikal secara umum terlalu percaya diri dalam pandangan mereka, atau apakah itu berasal dari perbedaan metakognisi, yaitu kemampuan pemahaman kita atas suatu kesalahan yang kita miliki. Mereka sering salah menempatkan kepastian atau kepercayaan diri mereka ketika mereka sebenarnya salah atas sesuatu. Mereka juga lebih menentang untuk mengubah pandangan mereka meski telah ada bukti yang mengatakan mereka salah," kata Steve Fleming, pemimpin riset.

Kesimpulan:Kepastian Dugaan

Menurut Ketua Setara Institut, Hendardi, ia mengatakan bahwa penumpang gelap itu adalah kelompok-kelompok teroris seperti JAT dan JAD. Ia pun tak tanggung-tanggung menyebut simpatisan HTI sebagai salah satu penumpang gelap pada pilpres 2019.

"Mereka berlatar belakang simpatisan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia, Red), kelompok radikal seperti Garis, di mana ketua umumnya, Chep Hermawan, pernah mengaku sebagai Presiden ISIS Regional Indonesia. Bahkan, (penumpang gelap itu) kelompok-kelompok teroris, seperti Jama'ah Anshorud Daulah (JAD), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), dan Jamaah Anshorus Syari'ah (JAS)," ujar Hendardi.

Penulis tidak menyebut siapakah dia yang menjadi penumpang gelap? Apakah Partai? Apakah Politisi? Apakah Relawan?

Sekarang kita tahu, kubu Prabowo pecah. Prabowo memilih keutuhan NKRI dengan melakukan rekonsiliasi dengan Jokowi bahkan bertemu dengan Megawati walaupun ia pernah disakiti oleh Megawati dengan melanggar perjanjian persahabatan mereka.

Pertanyaannya adalah Apakah ada orang diluar Gerindra tahu tentang agenda pertemuan Prabowo dan Jokowi sebelumnya? Bahkan, Amin Rais yang merupakan penasihat Prabowo dan Sandiaga hanya memperoleh surat pemberitahuan bukan surat izin.

Apakah Prabowo menganggap bahwa teman koalisinya adalah penumpang gelap? Kita tidak tahu.

Semakin jelas jawabannya? Belum? Ingatlah, Dasco mengatakan bahwa yang paling banyak menyudutkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gerindra adalah penumpang gelapnya. 

Prabowo minta kursi menteri dan lain sebagainya. Padahal sejatinya hal tersebut bukan agenda Prabowo. Prabowo hanya berusaha untuk keluar dari liang singa.

Jika kita runut dari dugaan sementara maka dengan mudah kita tahu siapa penumpang gelapnya.

Sekarang mereka gigit jari dengan Manuver Prabowo. Bahkan, penulis yakin bahwa mereka lebih gila lagi ketika Prabowo menghadiri Kongres PDI-P.

Salam!!!

Referensi; Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima; Enam; Tujuh; Delapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun