Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lembutnya Strategi PDI-P, tapi...

8 Agustus 2019   21:41 Diperbarui: 9 Agustus 2019   07:32 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membawa partai untuk tetap eksis membutuhkan cara yang lembut dan tepat agar tidak menuai kritik. Strategi PDI-P saat ini memang lembut tapi ...

Berakhirnya era Jokowi pada tahun 2024 dinilai sebagai akhir dari kejayaan PDI-P selama satu dekade. Pasalnya, publik belum menemukan sosok yang tepat untuk menggantikan Jokowi.

Kerja keras bagi Megawati cs untuk menyiapkan sosok yang tepat untuk bersaing dengan figur terbaik dari partai yang lain. Mengingat kepemimpinan Jokowi menetapkan sebuah standar kepemimpinan yang tinggi.

Oleh karena itu, untuk memenangkan kontestasi pemilu 2024 setidaknya minimal figur yang dipercaya untuk maju dalam kontestasi harus merepresentasikan kepemimpinan Jokowi.

Disisi lain, kepemimpinan Megawati di PDI-P sebagai detik-detik terakhir dalam dunia politik praktis. Usianya yang tidak memuda lagi, mengharuskan Megawati bekerja ekstra untuk meregenerasikan kepemimpinan partainya di kader yang tepat. Bahkan, kedua anaknya Puan dan Prananda dinilai belum berkarisma seperti Megawati untuk memimpin Partai dengan jumlah suara terbanyak pada pemilu 2019 ini menjadi problem partai.

Untuk itu, lima tahun kedepan dapat dikatakan sebagai waktu terbaik untuk regenerasi kepemimpinan dan persiapan kader. Bahkan, penulis berpendapat bahwa ini adalah kesempatan terakhir PDI-P untuk menyiapkan sosok-sosok yang akan berperan sebagai nahkoda untuk mengemudikan kapal PDI-P menjelajahi Nusantara.

Dalam Kongres PDI-P di Bali, Megawati Soekarnoputri meminta kepada Jokowi agar memberikan jatah menteri kepada PDI-P sebanyak-banyaknya. Bahkan, ia mengatakan bahwa empat orang saja tidak bisa, ia tidak ingin hal itu terjadi.

"Kalau nanti (pemerintahan baru) Pak Jokowi, mesti ada menteri (untuk kader PDI-P). Mesti banyak. Jangan nanti (Jokowi mengatakan), Ibu Mega, saya kira karena PDI-P sudah banyak kemenangan, sudah di DPR, saya kasih (kursi menteri) empat. Emoh, tidak mau, tidak mau, tidak mau. Ini di dalam kongres partai Pak Presiden, saya minta, dengan hormat PDI-P akan masuk ke dalam kabinet dengan jumlah menteri terbanyak." Kata Megawati dengan suara lantang.

Meski dalam penyampaiannya, Megawati tidak mengatakan maksudnya tetapi diyakini bahwa sebagai bentuk balas budi kepada rekan-rekan partai yang sudah berjuang secara mati-matian untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf. Selain itu, Jokowi adalah kader PDIP yang seharusnya memperhatikan dan lebih memprioritaskan PDI-P.

Hal ini terlihat sebagai Nepotisme Politik Partai yang bisa saja menuai protes dan kritik dari publik. Ia, harapan dan tantangan publik terhadap Jokowi untuk membentuk kabinet Zaken tidak terwujud. Prioritas semacam ini tidak lagi memandang kompetensi yang dimiliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun