Kita tidak bisa mengalahkan Pak Marwan atas pendapatnya tentang pemotongan gaji karyawan PLN karena mereka dimarahi oleh presiden bahkan dicaci maki oleh publik.
Bagi saya, pendapatnya adalah bentuk sakit hati. Ia hanya mau menunjukkan bahwa PLN bertanggungjawab atas kelalaiannya karena mereka diserang oleh media dan publik meski ia sebenarnya tidak rela gaji karyawan dipotong.
Oleh karena itu, bagi penulis tidak perlu kompensasi jika APBN tidak cukup. Lebih baik APBN digunakan untuk hal-hal yang lebih penting jika kompensasi bukan sesuatu yang wajib.Â
Jika pada akhirnya, pemerintah menyetujui pemotongan gaji, maka saya sarankan agar pemerintah terkait juga harus rela gajinya dipotong biar adil. Jika tidak lebih baik bunuh saja karyawannya.
Publik juga seharusnya merefleksikan diri, ada sesuatu yang lebih penting daripada sekedar minta ganti rugi. Pernahkah kita berpikir bahwa karyawan-karyawan PLN taruhan nyawa demi kepentingan kita?
23 Juli 2017, Enam petugas PLN di Desa Tlogowaru, Kecamatan Merakurak, Mojokerto tersengat listrik saat mengganti tiang listrik beton yang sudah usang di desa setempat.
Terbaru, 20 Juni 2019, di Cipinang Jaya, Jatim, petugas PLN Kesetrum SUTET, Tersangkut Satu Jam.
Bukan hanya itu, jika saya mau menuliskan semua kejadian serupa maka Artikel ini akan selesai.
Janganlah egois, tidak ada manusia yang sempurna. Pasti ada kelalaian dalam melaksanakan tugasnya. Lebih baik kejadian ini daripada suap dan korupsi tapi hanya segelintir orang yang berkomentar.
Ah, lupakan saja pendapat receh ini.
Salam!!!