Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Harus Tahu ke Mana Murid-muridnya Harus Dibawa

31 Juli 2019   14:01 Diperbarui: 31 Juli 2019   14:31 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama memulai bimbel, tidak seorang pun yang datang karena mereka belum tahu jika saya sudah kembali. Keesokan harinya saya bertemu dengan mereka untuk memberitahukan kepada mereka bahwa bimbel kembali seperti semula.

Alhasil, mereka pun datang. Hari pertama 6 orang, Hari kedua 5 orang dan ketiga 4 orang. Ah, grafiknya menurun, mungkin saya tidak menciptakan suasana yang menarik. Bimbel dilakukan empat kali seminggu dari senin-kamis tetapi untuk minggu tersebut hanya tiga hari karena tidak ada bimbel di hari senin. Sedangkan Jumat dan Sabtu digunakan sebagai waktu interaksi dengan masyarakat setempat dan lain sebagainya.

Di kampung, Memulai setelah liburan memang sulit. Mereka hampir melupakan semua yang telah dipelajari sehingga saya mereview kembali materi. Bimbel ini lebih fokus pada bidang matematika karena mereka lebih memilih belajar matematika dari pada yang lain.

Oleh karena itu, untuk membuat mereka menyukai pelajaran yang lain, saya memberikan buku-buku komik dan lainnya untuk dijadikan sebagai bahan bacaan di rumah dan sebelum bimbel.

Bulan Juli ini, saya sudah setahun mengabdi di Desa Mauleum. Tidak ada sesuatu yang luar biasa yang saya lakukan tetapi saya terus memberikan stimulus kepada mereka yang rajin belajar untuk terus berjuang.

Saya hanya berjuang untuk mereka yang berasal dari keluarga petani miskin untuk memiliki kesempatan mengenyam pendidikan seperti saya karena berkat pemerintah Indonesia, saat ini saya keluar dari cengkeraman kebodohan.

Oleh karena itu, ini adalah pengabdian saya kepada bangsa dan negara Indonesia yang saya cintai.

Saat ini, saya mempersiapkan beberapa orang untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat di tingkat Kecamatan dan lomba Cerdas Cermat Matematika di tingkat kabupaten yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Matematika STKIP Soe.

Bukan pesimis, di atas kertas kami akan kalah dari anak-anak yang dilahirkan di kota dan itu pasti terjadi tetapi setidaknya anak-anak saya tahu apa itu kompetisi di luar lingkaran mereka selama ini. Ini bisa menjadi momentum untuk mereka belajar dari sebuah kegagalan untuk berjuang menjadi orang hebat.

Satu hal yang saya selalu tekankan pada mereka bahwa "Siapapun diri Anda, jadilah orang hebat". Buta, tuli, bisu, lumpuh ataupun apapun itu yang menjadi hambatan anda dalam berjuang, hiduplah seperti seekor singa dan berjuanglah layak seorang pemenang (judul buku Live like a Lion, Fight like a Champion).

Tulisan ini, cerita saya sebagai seorang guru dan murid-murid dalam sepekan. Maaf, cerita yang harus ditayangkan pada tanggal 28 tetapi baru tayang karena ada gangguan teknis. Mudah-mudahan diakhiri pekan ini, ceritanya tidak terlambat ditayangkan.

Yang senang membaca cerita saya, tunggu cerita berikutnya di akhir pekan ini.

Salam!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun