Oleh karena itu, untuk mencapai cita-citanya, ia masuk dalam Novisiat Serikat Jesus di Schlob Eringerfeld, Buren, Jerman. Karena senang sekali membaca buku sejarah dan menulis, di ordo inilah Adolf memiliki kesempatan untuk semakin mengembangkan kemampuannya dalam menulis dan mengajar.
Untuk memperdalam ilmunya, Â ia mengenyam Studi Filsafat di J. Berchmans-Kolleg, Pullach, Munchen, Jerman dan Studi Teologi di St. Georgen, Frankfurt, Jerman.
Pertama kali datang ke Jakarta karena ia selalu berinteraksi dengan orang-orang Belanda di perbatasan dan mengetahui ada misionaris dari Jerman dan Belanda yang sedang tinggal di Jakarta.
Setibanya di Jakarta, ia menggunakan tahun pertamanya untuk Belajar Bahasa Indonesia di Paroki Mangga Besar, Jakarta setelah ia menyelesaikan tertiat bagian akhir di Giri Sonta, Ungaran, Jawa Tengah .
Pekerjaannya tak pernah lepas dari menulis buku. Awalnya ia lebih tertarik menulis buku-buku agama Katolik. Karena menyukai sejarah, ia pun menulis buku tentang sejarah Jakarta hingga kamus Jerman-Indonesia. Pada Sabtu dan Minggu ia membantu paroki di gereja. Tapi diakhir-akhir masa hidupnya, ia tak bisa lakukan lagi karena kakinya tak kuat berdiri terlalu lama.
Adolf seorang Jerman yang tidak menolak menjadi WNI dan antusias untuk belajar Bahasa Indonesia hanya karena ia ingin sejarah Jakarta jangan dilupakan tetapi harus diabadikan.
Ia memberi sebuah inspirasi bahwa sejarah harus diabadikan sebagaimana pesan Soekarno.
"Jas Merah" Jangan sekali-kali melupakan sejarah".
Salam!!!
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H