Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Lebih Dekat dengan 3 Komisioner KPK yang Lolos Seleksi Administrasi Capim KPK

12 Juli 2019   06:15 Diperbarui: 12 Juli 2019   10:05 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

0 Advanced issues found▲

 

Sebanyak 376 peserta yang mendaftar sebagai capim KPK tetapi setelah seleksi administrasi, hanya 192 orang yang lolos seleksi administrasi dan akan mengikuti seleksi tahap berikutnya yakni uji kompetisi pada 18 Juli 2019 di Pusdiklat Kemensetneg.

Dari 192 orang tersebut, terdapat 3 orang komisioner KPK yang masih dinyatakan lolos oleh Panitia Seleksi. Ketiga orang tersebut adalah Alexander Marwata, Basaria Panjaitan dan Laode M Syarif.

Alexander Marwata

Alexander Marwata adalah wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini. Ia dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 26 Februari 1967.

Ia menghabiskan masa kecilnya di Klaten. Tepat berumur 7 tahun pada tahun 1974, Alexander Marwata dimasukkan oleh orangtuanya di SD Plawikan I Klaten. Ia kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SD ini pada tahun 1980.

Setelah itu, ia melanjutkan ke pendidikan dasar menengah pertama di SMP Pangudi Luhur Klaten dan selesai pada tahun 1983.

Untuk melanjutkan ke tingkat menengah atas, Alexander Marwata berpindah ke Yogyakarta. Ia mendaftar di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Karena pintar, Alexander dinyatakan lolos dan mengenyam studi di SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah menengah atas terbaik di Yogyakarta. Ia menyelesaikan bangku sekolah menengah atas tepat pada tahun 1986.

Kemudian untuk melanjutkan studi ke jenjang Perguruan Tinggi, Alexander Marwata memilih mengikuti seleksi STAN. Walaupun melalui seleksi yang cukup ketat, Alexander Marwata pun dinyatakan lolos dan menyelesaikan Diploma IV Jurusan Keuangan pada tahun 1990.

Menarik, sambil menjalani studi diplomanya, Alexander Marwata berkarir di Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) sebagai Auditor dari tahun 1987 hingga tahun 2011.

Pada tahun 1995, Alexander Marwata meminta melanjutkan studi sarjana hukum di Universitas Indonesia.

Berkat ilmu hukumnya, pada tahun 2012 ia terpilih sebagai hakim Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Pengalamannya di Pengadilan Tipikor dan Auditor keuanganlah yang membuat dirinya terpilih menjadi salah satu pimpinan KPK Periode 2015-2019.

Basaria Panjaitan

Basaria Panjaitan adalah salah satu komisioner KPK yang dipilih oleh Komisi III DPR RI pada bulan Desember 2015 melalui pemilihan yang dilakukan secara terbuka.

Ia dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957. Kini, berumur 61 tahun.

Basaria Panjaitan adalah seorang polisi wanita yang bertugas dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2015.

Basaria Panjaitan mengenyam studi sarjana hukum di Sepamilsukwan Polri I Tahun Angkatan 1983/1984. Ia adalah lulusan Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi. Setelah lulus sebagai polwan berpangkat Ipda, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Selama berkarir di Kepolisian, Basaria Panjaitan melanjutkan studi magister di Universitas Indonesia, Khususnya di bidang hukum ekonomi.

Karirnya di Kepolisian terbilang cukup gemilang. Setelah bertugas di Reserse Narkoba Polda Bali, Basaria menjadi Kepala Biro Logistik Polri. Kemudian diangkat menjadi Kabag Serse Narkoba Polda NTB pada tahun 1997.

Tiga tahun di NTB, Basaria dipindahkan ke Polda Jawa Barat dan menjabat sebagai Kabag Narkoba hingga 2004. Kemudian pada tahun 2006, ia ditarik menjadi Dirserse Kriminal Polda Kepri selama dua tahun.

Setelah itu, Jenderal bintang dua ini menjabat sebagai Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri pada tahun 2008, Kapusprovos Divpropam Polri pada tahun 2009, Karo Bekum SDelog Polri  pada tahun 2010 dan menjadi Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.

Perempuan pertama yang berpangkat Inspektur jenderal (bintang dua) di dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mengakhiri karirnya di Kepolisian sebagai Sahlisospol Kapolri pada tahun 2015.

Setelah memegang rekor perempuan pertama berbintang dua dalam sejarah kepolisian, Di tahun 2015, ia kembali menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Komisioner KPK.

Laode M Syarif

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Laode Syarif merupakan salah satu Komisioner KPK yang dipilih oleh DPR seperti Basaria Panjaitan.

Ia dilahirkan di salah satu desa terpencil, Desa Lemoambo, Kabupaten Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, 16 Juni 1965. Karena itu, ia menghabiskan masa kecilnya di pedalaman ini termasuk pendidikan dasarnya.

Sebagai anak yang tinggal di kampung, ia hanya bercita-cita menjadi camat seperti pamannya. Alasannya adalah camat memiliki mobil. Kala itu, di masa orde baru, para camat memiliki mobil dinas bermerk VW Safari yang diberikan oleh pemerintah. Menurutnya, memiliki mobil mewah seperti itu adalah sesuatu yang istimewa.

Untuk mencapai impiannya itu, ia terus belajar dan menyelesaikan sekolah menengah atas. Namun, seiring berjalannya waktu, ia tidak tertarik lagi menjadi camat, ia lebih tertarik dengan isu-isu lingkungan.

Setelah selesai, ia memilih keluar dari Muna dan ingin ke Makassar. Di Makassar lah, ia memilih mengenyam studi di Universitas Hassanudin Jurusan Hukum Internasional di Fakultas Hukum, dengan tugas akhirnya yang berjudul Penanggulangan Pencemaran Udara Melalui Pendekatan Hukum Internasional.

Tak berhenti di sini, Laode Syarif melanjutkan pendidikan pada program Master of Laws (LLM) di Faculty of Law, Queensland University of Technology (QUT) Brisbane khususnya di bidang Hukum Lingkungan.

Tak puas dengan gelar magisternya, ia melanjutkan studi doktor di salah satu Universitas terbaik di Australia, University of Sydney khususnya di bidang hukum lingkungan juga.

Setelah kembali dari negeri kanguru, Laode mengabdi sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas Hassanudin.

Karena kiprahnya di Australian Centre for Climate and Environmental Law (ACCEL), yaitu pusat hukum iklim dan lingkungan Australia, Laode senang dan suka dengan kegiatan-kegiatan sosial, hukum dan politik.

Laode juga aktif di berbagai organisasi hukum dan antikorupsi, seperti USAID dan IUCN. Melalui kedua organisasi ini, Laode mengembangkan sejumlah program capacity building untuk bidang anti korupsi, good governance, reformasi peradilan, dan penegakan hukum lingkungan di Kepolisian, Kejaksaan, Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Ia juga terpilih sebagai salah satu perumus kurikulum dan mentor dari Kode Etik Hakim dan Pelatihan Hukum Lingkungan Hidup di Mahkamah Agung.
***

Ketiga Komisioner KPK ini lolos seleksi administrasi Capim KPK Periode 2019-2024. Mungkinkah salah satu di antara mereka menjadi ketua KPK menggantikan Agus Rahardjo? 

Terlepas dari hal tersebut di atas, jika mereka lolos menjadi pimpinan KPK maka diharapkan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh agar Indonesia yang dikatakan rawan korupsi dapat diubahkan.

Salam!!!
Mari kita menyimak!!
Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun