Kabinet Kerja jilid II akan segera terbentuk. Pembentukan kabinet kali ini tidak akan terlepas dari bagi-bagi kepada mitra dan partai-partai koalisi. Mengingat peran penting partai politik dalam pilpres 2019 tidak bisa dilihat sebelah mata. Perjuangan dan kesetiaan dari awal pencalonan hingga Mahkamah Konstitusi menunjukkan bahwa partai-partai politik tidak tinggal diam.
Isu pembagian jatah menteri kepada kalangan profesional dan lawan politik seperti Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang notabenenya bukan anggota koalisi semakin menguat. Nama-nama seperti Zulkifli Hasan, AHY dan Sandiaga Uno yang sering dikaitkan.
Oleh karena itu, jika ada jatah menteri untuk lawan politik dan kalangan profesional maka mau tidak mau harus ada dari mitra dan partai koalisi. Tujuannya adalah agar stabilitas politik dan kekuatan koalisi tetap terjaga, dan mungkin ada alasan lain yang harus dipertimbangkan.
Nah, terdapat beberapa nama yang mustahil tidak masuk dalam kabinet Kerja jilid II. Nama-nama ini sebelumnya tidak menjabat sebagai menteri tetapi memiliki peran penting dalam pencapaian Jokowi-Ma'aruf kali ini.
Yusril Ihza Mahendra
Yusril Ihza Mahendra adalah seorang pengacara, pakar hukum tata negara, politikus, dan intelektual Indonesia. Ia pernah menjadi menteri hukum di era Gus Dur dan menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia di era Megawati. Kemudian pada tahun 2004, ia menjadi menteri Sekretaris Negara sampai dengan tahun 2007 diganti oleh Hatta Rajasa.
Pemilihan presiden pada tahun 2019, Yusril yang memimpin Partai Bulan Bintang mengambil keputusan untuk mendukung Jokowi-Ma'aruf. Bukan hanya itu, ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Kuasa Hukum Jokowi-Ma'aruf dalam menghadapi gugatan hasil pemilihan presiden.
Peran Yusril dinilai sangat penting sehingga dipercaya akan masuk dalam jajaran kursi kabinet walaupun sampai dengan saat ini belum ada tawaran dari Presiden Jokowi.
"Wallahu a'lam, sampai sekarang secara eksplisit itu belum ada pembicaraan tentang hal itu," kata Yusril usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 1 Juli 2019.
Tanggal 01 Juli, Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Tim Kuasa Hukum Jokowi-Ma'aruf dkk bertemu dengan Jokowi di Istana merdeka. Menarik, dalam pertemuan tersebut, Yusril lebih dulu bertemu empat mata dengan Jokowi. Memang dalam pembahasan mereka hanya tentang tatanan hukum ke depan, misalnya terkait Undang-Undang Dasar 1945. Namun bagi penulis, mustahil jika Profesor asal Bangka Belitung ini tidak masuk dalam kabinet.
Erick Thohir
Nama Erick Thohir memang tidak asing di dunia bisnis. Ketua Mahaka Group pernah menjadi pemilik Inter Milan dan DC United. Pada tahun 2018, ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'aruf.
Sebagai Ketua TKN, Erick Thohir memberi diri dan segalanya demi memenangkan Jokowi-Ma'aruf. Walaupun tidak terlalu terlihat di layar kaca, peran Erick Thohir dibelakang layar perlu diperhatikan.
Akhir-akhir ini, nama Erick Thohir sempat disebut sebagai calon kuat Menteri Pemuda dan Olahraga. Meski namanya bersaing dengan AHY, Tsamara Amany dan Surya Paloh, Kekuatan Erick Thohir masih mendominasi.
***
Pertimbangan Yusril Ihza Mahendra dan Erick Thohir masuk kabinet adalah karena mereka banyak berkontribusi terhadap kemenangan Jokowi-Ma'aruf. Selain itu, kedua sosok ini tidak diragukan lagi soal kualitas yang mereka miliki.
Mari kita menyimak penentuan kabinet Jokowi-Ma'aruf nanti.
Salam!!!
Referensi: Satu, Dua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H