Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fakta "Wow" Sudah Diketahui Publik Sebelum Sidang MK?

21 Juni 2019   00:24 Diperbarui: 21 Juni 2019   00:43 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang paling banyak ditunggu oleh publik dalam sidang sengketa Pilpres 2019 di MK adalah Fakta Wow dari kubu Prabowo-Sandi. Ya, karena berdasarkan klaim dari BPN bahwa bukti kecurangan yang diajukan dan saksi-saksi yang akan dibawa ke MK terdapat Fakta Wow yang bisa mendiskualifikasi Jokowi-Ma'aruf.

Namun, setelah pembeberan bukti di MK, tidak ada satupun fakta wow yang terlihat. Namun, dalam pengajuan bukti kecurangan, dua hal yang termasuk dicurigai oleh BPN sebagai tindakan kecurangan adalah TPS Siluman dan TPS baru. Mungkinkah ini fakta wow yang dimaksudkan oleh Prabowo-Sandi?

Baca: Inilah Fakta Wow Prabowo-Sandi

Menilai bahwa sebuah fakta kecurangan benar-benar wow tergantung perspektif masing-masing orang. Walaupun menurut beberapa orang hal tersebut benar-benar wow.

Akan tetapi, dalam kasus ini, fakta wow seharusnya mengejutkan dengan bukti yang lengkap, valid dan benar bahkan mungkin unik. Namun, sejauh ini tidak ada sebuah fakta dengan bukti-bukti yang mengejutkan sehingga mungkin saja fakta wow yang dimaksudkan adalah benar bahwa ada TPS Siluman dan TPS Baru.

Sebelum masuk ke persidangan pemeriksaan dan pengakuan para saksi, BPN sempat menegaskan lagi bahwa saksi akan menguak segala bentuk kecurangan dan saatnya publik akan tahu fakta wow yang dimaksudkan.

MK telah memutuskan dan menetapkan jumlah saksi yang diperbolehkan menjadi saksi Prabowo-Sandi yaitu sebanyak 14 orang dari jumlah maksimal 15 orang.

Salah satu saksi bernama Rahmadsyah yang merupakan Ketua Sekretariat Bersama calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Ia bersaksi dalam sidang sengketa hasil pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi bahwa ada oknum polisi yang tidak netral dalam pemilu 2019. Rahmadyah menyebut polisi itu bernama Ismunajir, anggota Polres Kabupaten Batubara.

Menurutnya, seorang pria bernama Fadli melaporkan oknum polisi tersebut ke BPN dengan bukti sebuah video yang berisi rekaman agenda pertemuan yang dihadiri oleh Ismunajir, pejabat desa, mantan kepala desa, beberapa kepala dusun dan tokoh masyarakat. Pertemuan tersebut berkaitan dengan sosialisasi keamanan pileg dan pilpres 2019.

Berdasarkan pengakuan saksi, alasan polisi tersebut adalah karena Jokowi baik sehingga polisi cenderung mengarahkan masyarakat untuk memilih Jokowi-Ma'aruf. Namun, BPN tidak melaporkan hal ini kepada Bawaslu maupun petugas pemilu setempat.

Apakah ini adalah kesaksian wow? Tidak.

Mengapa? Pertama, Jokowi tidak bisa dikait-kaitkan dengan polisi tersebut. Bisa saja itu adalah niat dari hatinya sehingga jika benar bahwa ia melakukan itu maka perlu ditelusuri secara khusus.

Bahkan Haerul Anas Suadi yang disebut sebagai saksi wow pun bagi saya itu bukan fakta wow. Mengaku sebagai saksi hidup perkataan Moeldoko soal kecurangan bagian dari demokrasi butuh bukti yang lebih kuat bukan sebatas membuat narasi.

Ataukah mungkin, yang dimaksud dari fakta wow adalah Haerul Anas Suadi sebagai kader partai pendukung Jokowi-Ma'aruf? Inipun tidak. Mengapa? Bukti bahwa semua kader Parpol pendukung Prabowo-Sandi pun tidak semuanya mendukung Prabowo-Sandi. Jadi, ini hanyalah sebuah kejadian lasim dalam dunia politik.

Sejauh ini, sengketa Pilpres tidak menampilkan sesuatu atau fakta kecurangan yang benar-benar wow. Narasi demi narasi dibuat oleh para politisi untuk mengelabui publik bahwa benar-benar terdapat kecurangan yang wow.

Oleh karena itu, menurut penulis, narasi tuduhan kecurangan Pilpres adalah narasi yang wow. Mengapa? Saya sepakat dengan Moeldoko bahwa narasi tersebut merupakan narasi yang disusun secara terstruktur, sistematis dan masif sejak awal Pilpres.

Publik dibuat tercengang mendengar tentang kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Sebelum sidang, pasti publik mulai menafsirkan kecurangan yang TSM tersebut.

Jadi, wow tersebut sudah ada sejak awal Pilpres 2019. Tidak ada wow sepanjang sidang sengketa Pilpres di MK.

Referensi utama: Kompas

Referensi Tambahan: Satu, Dua, Tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun