Gianni Infantino resmi terpilih sebagai Presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) pada tanggal 05 Juni 2019 melalui Kongres yang diadakan oleh FIFA di Paris, Perancis.
Pria kelahiran Brig, Swiss merupakan calon petahana yang tidak disaingi oleh seorang pun dari jumlah 211 anggota FIFA. Alhasil, Infantino terpilih kembali.
Jabatan Infantino sebagai Presiden FIFA sebelumnya merupakan lanjutan jabatan dari Presiden sebelumnya, Sepp Blatter yang tersangka kasus pidana korupsi.
Secara prosedural, pria kelahiran kelahiran 23 Maret 1970 baru pertama kalinya mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA. Walaupun pemilihannya melalui Kongres Luar Biasa yang dilakukan di Zurich, Swiss pada tahun 2016.
Infantino merupakan presiden kedua FIFA yang berkebangsaan Swiss meskipun Ernst Thommen seorang Swiss pernah menjadi Plt. presiden FIFA selama 6 bulan yang menggantikan posisi Arthur Drewry yang menjabat dari tahun 1956 sampai dengan tahun 1961. Walaupun menjabat Presiden FIFA, Ernst Thommen hanya menggantikan posisi Drewry yang meninggal di kantor FIFA sehingga tidak dihitung dalam jajaran Presiden terpilih. Waktu itu masih bernama The Football Association.
Meskipun Infantino berkebangsaan Swiss, orang tuanya berasal dari Italia. Ia merupakan presiden kedua FIFA yang berdwikebangsaan setelah Rodolphe Seeldrayers yang menjabat hanya satu tahun karena meninggal dunia (1954-1955).
Infantino menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Fribourg yang terletak di Kota Fribourg. Di Universitas yang bermotto "Pengetahuan dan Bijaksana" ini, Infantino mengenyam Ilmu Hukum.
Infantino diklaim menguasai 5 bahasa yaitu Prancis, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Italia. Wajar, Universitas Fribourg ini merupakan satu-satunya universitas dwibahasa di Swiss dan menawarkan kurikulum lengkap dalam beberapa bahasa.
Berkat ilmu dan talenta berbahasanya, Infantino bekerja sebagai sekretaris jenderal International Centre for Sport Studies (CIES) di Universitas Neuchatel, Swiss. Dia juga pernah menjadi penasehat untuk beberapa Federasi Sepak Bola Eropa yaitu Italia, Spanyol, dan Swiss.
Kemudian pada tahun 2000, bergabunglah Infantino ke UEFA yang bertugas untuk mengurusi masalah hukum dalam sepak bola. Kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, tak heran jika Infantino naik pangkat jadi Direktur Urusan Hukum selang empat tahun kemudian.
Wajar, karirnya dalam dunia administrator sepakbola melonjak begitu cepat. Pada tahun 2007, Infantino dipromosikan menjadi wakil sekretaris jenderal UEFA. Lalu pada tahun 2009, pria berkepala plontos merebut kursi jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen).
Kini Infantino terpilih lagi dan dijamin ia mampu memimpin FIFA dengan baik selama 4 tahun ke depan. Semua telah terbukti dari rekam jejaknya. Infantino diprediksi akan memimpin FIFA dalam jangka waktu yang cukup lama mengingat kehebatan dalam memimpin, tidak ada yang ingin bersaing dengan dirinya. Bahkan, Luis Figo yang digadang-gadang menjadi figur terkuat pun tidak bersaing dengan Infantino kali ini.
Mampukah Infantino menjadi Jules Rimet kedua dalam sejarah kepemimpinan FIFA di mana Pria asal Perancis ini memimpin FIFA selama 33 tahun dari Maret 1921 sampai dengan Juni 1954. Ataukah ingin menggeser rekor kedua yang sedang dipegang oleh Joao Havelange, Putra Brazil yang memimpin FIFA selama 24 tahun dari tahun 1974-1998. Sedangkan Stepp Blatter, Presiden FIFA sebelumnya memimpin selama 17 tahun.
Lama atau tidaknya jabatan tidak menjadi soal bagi dunia sepakbola. Soalnya adalah jika pemimpin tidak mampu memimpin FIFA menuju kemajuan.
Selamat Gianni Infantino!
Referensi:
Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI