Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Google Doodle Memperlihatkan Tradisi Mudik Indonesia di Mata Dunia

4 Juni 2019   03:49 Diperbarui: 4 Juni 2019   04:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh hari ini ketika saya ingin menulis tentang Google Doodle, baru saya tahu Tradisi mudik bukan hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di Bangladesh.

Google Doodle hari ini, tanggal 04 Juni 2019 adalah Mudik. Tentunya arti dari mudik sudah menjadi akrab bagi orang Indonesia. Mudik identik dengan pulang kampung. Mudik biasanya terjadi pada saat lebaran dan sedang dalam masanya.

Sebagai negara dengan mayoritas Islam, Indonesia tidak akan terlepas dari tradisi mudik karena lebaran harus dan lebih baik dirayakan dengan keluarga. Oleh karena itu, mudik menjadi peristiwa yang harus ditangani secara serius oleh pemerintah dan itu yang dilakukan sekarang.

Seringkali masalah yang timbul dalam tradisi mudik adalah kemacetan dan berakibat pada korban jiwa. Kompas memberitakan bahwa mudik pada tahun 2016 adalah salah satu tragedi yang tidak dapat dilupakan oleh Indonesia.

Korban yang tewas akibat kemacetan  lebih dari 20 jam adalah 12 orang yang disebabkan oleh kelelahan menunggu antrian panjang.

Kondisi menjadi evaluasi pemerintah pusat untuk mencari solusi terbaik mengenai mudik. Tahun 2019, dikatakan mudik terbaik bahkan membungkam para pengkritik pembangunan infrastruktur yang merupakan salah satu program fokus utama Jokowi.

Google Doodle hari ini secara tidak sengaja memperlihatkan tradisi Mudik Indonesia di mata dunia internasional. Kesuksesan pemerintah dalam menangani tradisi mudik yang dulunya adalah tragedi menjadi lebih baik. Akibatnya citra Mudik Indonesia di mata dunia pun berubah dan bisa menjadi teladan bagi negara-negara yang mungkin memiliki tradisi yang sama namun masih memiliki kendala dalam menanganinya.

Salam!!!
Referensi:
Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun