Memang benar, lautan kita saat ini sedang dalam tanda seru. Kita juga pernah digegerkan tentang kematian seekor paus di Filipina akibat menelan puluhan kilogram plastik.
Apin sedih dan terinspirasi untuk membantu melawan penggunaan sedotan plastik yang tidak terkontrol. Ia pernah bertanya pada ibunya demikian, "Mama, pernahkah dalam hidup Mama, sekali saja, mengeluarkan 1 butir air mata, 1 butir saja, waktu melihat laut hancur karena sampah plastik?", ucap sang bunda, Ester Indahyani Jusuf (48), menirukan pertanyaan putra bungsunya sekira awal Mei 2019.
Oleh karena itu, selain memberi surat kepada Kapolri dan Menteri Perdagangan, ia sering membuat poster pada kertas A3 dengan tulisan jangan pakai sedotan plastik. Pada poster tersebut, ia menggambarkan seekor paus sebagai ajakan untuk melindungi paus yang semakin langka.
Poster itu disebarkan kepada orang-orang dewasa yang ia temui. Ia pun tidak malu-malu meminta foto dan mengajak agar jangan menggunakan sedotan plastik.
Menarik, berdasarkan pengakuan ayahnya ia ingin memberi surat kepada semua polisi dengan masing-masing polisi satu surat untuk membantunya memberi kampanye positif ini. Namun, ayahnya mengajarkan struktur organisasi kepolisian kepadanya sehingga ia menulis surat kepada Tito Karnavian sebagai Kapolri.
Apin pun seringkali kali bertengkar dengan kakaknya yang sering menggunakan sedotan plastik. Pemikiran bocah ini seperti orang dewasa tetapi tindakan nyatanya lebih dari orang dewasa.
Harus diakui bahwa, masyarakat Indonesia belum sadar tentang sampah sehingga apa yang dilakukan oleh Apin perlu diapresiasi dan harusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita.
Walau hebat, ibunya menolak tawaran agar anaknya dibuatkan akun khusus di media sosial sebagai "bocah pejuang lingkungan", dengan kemungkinan Apin jadi terkenal dan menginspirasi khalayak lebih luas lagi. Ibunya melihat dari sisi negatifnya.
Akan tetapi, orang tuanya terus mengakomodasi anaknya untuk melakukan segala sesuatu yang ia inginkan untuk kebaikan bangsa Indonesia bahkan dunia.
Apin memberi pelajaran berharga kepada semua masyarakat Indonesia untuk peduli dengan lingkungan. Jika bocah berusia 7 tahun ini bisa melakukannya, mengapa kita tidak?