Reaksi dan tindakan kubu Prabowo-Sandi menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai lembaga penyelenggara pemilu sejak awal.
Seruan People Power pun sudah dilakukan sejak sebelum pilpres. Tujuannya agar Jokowi didiskualifikasi oleh KPU. Bayangkan, Belum terbukti adanya kecurangan, permintaan didiskualifikasi sudah didengungkan.
Awalnya mereka ingin kecurangan pemilu tidak dibawa ke MK karena mereka menganggap MK tidak akan mengabulkan permintaan mereka seperti pilpres 2014. MK pun tidak dipercaya.
Menjadi pertanyaan bagi saya bahwa mengapa hampir semua yang terkait dengan hasil Pilpres, Prabowo-Sandi tidak mempercayai hasil itu sedangkan di lain sisi, mereka terus menerus mendengungkan People Power yang telah diganti dengan Kedaulatan Rakyat. Lembaga survei, KPU, Bawaslu bahkan MK tidak dipercaya.
Saat ini, hasil kecurangan pemilu dibawa ke MK karena usaha People Power yang diganti dengan Kedaulatan Rakyat sudah buntu. Awalnya MK yang tidak dipercaya, dianggap Mahkamah Kalkulator, sekarang dipercaya untuk menangani kecurangan pemilu tetapi satu hal yang mereka minta adalah mendiskualifikasi paslon nomor urut 1, Jokowi-Ma'aruf.
Menurut penulis, skenario untuk tidak percaya pada hasil pilpres sepertinya sudah direncanakan oleh kubu Prabowo-Sandi. Prabowo sudah tahu bahwa ia akan kalah dalam Pilpres 2019 tetapi Ia masih ngotot untuk terus bertarung. Terlepas dari jiwa kesatrianya yang terus menerus bertarung walaupun kalah. Sepertinya ada rencana lain.
Mereka sudah tahu bahwa mengalahkan Jokowi melalui pesta demokrasi itu memang tidak mudah dan tidak bisa. Oleh karena itu, dari semua skenario tersebut dapat disimpulkan bahwa satu-satunya cara yang dilakukan untuk mengalahkan Jokowi adalah mendiskualifikasi atau menggesernya secara tidak terhormat.
Buktinya, saat ini permintaan kubu Prabowo-Sandi kepada MK adalah mendiskualifikasi Jokowi-Ma'aruf padahal belum terbukti bahwa kecurangan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif.
Opini akan dipatahkan setelah keputusan MK.
Apa yang akan terjadi setelah keputusan MK?
Mari kita menyimak.
Salam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H