Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan-pesan Pawai Paskah di Amanuban Timur

5 Mei 2019   17:53 Diperbarui: 26 November 2023   09:08 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di puncak prosesi tersebut, sebuah puisi menggugah dan membuat banyak orang meneteskan air mata yang dibaca oleh seorang wanita muslim dari Komunitas Master Peace Kupang (KOMPAK). Puisi tersebut diciptakan oleh cendekiawan muslim dan intelektual NU, Ulil Abshar-Abdalla. Dalam puisi tersebut, ia menggambarkan penderitaan Kristus yang benar-benar dihayati. Selama dibacakan, saya berpikir penulis dan pembaca adalah Kristen tetapi tidak, mereka adalah Muslim yang percaya pada Muhammad sebagai nabi tapi juga percaya kepada Yesus sebagai Tuhan orang Kristen.


Semangat Perayaan Paskah 2019 masih membakar umat Kristiani untuk mendengungkan pesta Kemenangan Yesus Kristus atas maut. Kemenangan atas maut merupakan tanda kebebasan dari lilitan kuasa dosa. Sebagai ungkapan syukur, paskah selalu menjadi hari yang dirayakan dengan berbagai kegiatan gerejawi. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti pencarian telur paskah, ritual-ritual agama dan beberapa kegiatan lainnya disesuaikan dengan konteks budaya dari daerah atau negara yang bersangkutan.

Selasa, 30 April 2019 merupakan puncak perayaan paskah di wilayah Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diselenggarakan oleh Klasis (wilayah dibawah kekuasaan sinode dalam sistem gerejawi) Amanuban Timur dalam lingkup Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

Puncak perayaan paskah ini adalah selain merayakan kemenangan Yesus Kristus atas maut, perayaan paskah ini juga untuk menapak tilas perjalanan kehidupan Yesus. Perayaan ini dilakonkan dalam bentuk drama. Mulai dari Yesus memanggil murid-murid-Nya sampai dengan peristiwa penyaliban-Nya .

Menapak tilas perjalanan kehidupan Yesus merupakan kegiatan rutin Klasis Amanuban Timur yang telah dilakukan sebanyak 8 kali sejak tahun 2011. Ketua Majelis Klasis (KMK) Amanuban Timur, Pdt. Saneb Blegur, S.Th mengatakan dalam rapat berkala klasis bahwa kegiatan ini bukan hanya sebatas rutinitas  tetapi juga sebagai bentuk kegiatan yang mengenang kehidupan Yesus. Lebih dari itu, perayaan paskah semacam ini sebagai ajang memperkuat toleransi di wilayah Kecamatan Amanuban Timur yang merupakan wilayah penuh keberagaman.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Viktor Laiskodat selaku Gubernur NTT didampingi oleh Setda, Kepala Biro Humas dan Wakapolda NTT. Hadir juga Epi Tahun selaku Bupati TTS di dampingi oleh Wabup TTS, Army Konay beserta jajaran-jajaran lain dalam lingkup Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten TTS.

Dokpri: Gubernur NTT didampingi oleh Bupati TTS dan Wakapolda NTT disambut dengan tari-tarian
Dokpri: Gubernur NTT didampingi oleh Bupati TTS dan Wakapolda NTT disambut dengan tari-tarian
Kehadiran Gubernur NTT disambut baik oleh jemaat gerejawi yang juga sebagai masyarakat di Kecamatan Amanuban Timur. Penyambutan ini ditandai dengan penerimaan secara adat yaitu dengan tari-tarian dan natoni adat sesuai dengan budaya orang Amanuban. Menarik, penyambutan ini disertai dengan penyamatan atau pengkalungan kain tenunan sebagai bentuk penghormatan dan juga sebagai tanda ikatan jalinan kasih.

(Baca: Mengenal Kain Tenunan Amanuban) 

Dokpri:Penerimaan secaraadat oleh masyarakat Amanuban Timur kepada Gubernur NTT 
Dokpri:Penerimaan secaraadat oleh masyarakat Amanuban Timur kepada Gubernur NTT 

Selain itu, gubernur dan bupati serta jajarannya didandan dengan pakaian adat orang Amanuban. Hal ini berarti bahwa setiap orang yang datang ke Amanuban harus berlaku seperti orang Amanuban dan juga dapat diartikan sebagai penerimaan yang bersifat mutlak bahwa mereka adalah bagian dari keluarga orang Amanuban. 

Dokpri:Gubernur NTT menggunakan Pakaian Adat Amanuban 
Dokpri:Gubernur NTT menggunakan Pakaian Adat Amanuban 

Pawai dilakukan sepanjang  kurang lebih tiga kilometer dengan berjalan kaki. Selain melakonkan kehidupan Yesus, pawai ini juga dibungkus dalam rangkaian ibadah yang berbeda dari biasanya. Langkah demi langkah diiringi dalam musik dan lagu rohani dalam ragam Bahasa Dawan dan juga Bahasa Indonesia.

Terdapat delapan titik perhentian termasuk star dan finis. Setiap titik ini dilengkapi dengan tiga salib sebagai simbol paskah dan memiliki adegan masing-masing. Adegan-adegan tersebut mengisahkan kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus yang.

Dokpri:Ketua Majelis Klasis Amanuban Timur (Kelima dari kiri) dan Para Pendeta berpose bersama Ibu Sayyidati Hadjar (Dosen Universitas Muhammadiyah Kupang) 
Dokpri:Ketua Majelis Klasis Amanuban Timur (Kelima dari kiri) dan Para Pendeta berpose bersama Ibu Sayyidati Hadjar (Dosen Universitas Muhammadiyah Kupang) 

TITIK PERTAMA 

Dokpri:AdeganY esus memanggil murid-murid-Nya 
Dokpri:AdeganY esus memanggil murid-murid-Nya 

Titik ini berlokasi di tempat star. Adegan ini merupakan adegan pertama yang menceritakan tentang peristiwa Yesus memanggil murid-murid-Nya. Adegan ini diperankan oleh 12 orang laki-laki dan Tuhan Yesus sendiri diperankan oleh seorang Pendeta. Dalam konteks mata pencaharian murid-murid Yesus pada zaman Yahudi kala itu, mereka memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda, ada yang nelayan, pemungut cukai dan sebagainya. Disesuaikan dengan konteks Amanuban Timur, Dalam adegan ini, Tuhan Yesus memanggil mereka dari pekerjaan mereka sebagai petani, peternak, tukang kayu dan tukang ojek untuk mengikut-Nya.

Dalam adegan ini mengajarkan kepada kita bahwa melalui peristiwa Paskah ini, Yesus mengajarkan tentang kebhinekaan dalam satu kesatuan. Kita yang pada dasarnya berbeda secara suku, agama dan ras berada dalam satu kesatuan yaitu Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI).

Selain itu, adegan ini mengajarkan kepada kita bahwa kita yang memiliki profesi yang berbeda, bahkan berada dalam sebuah kondisi kehidupan yang berbeda baik itu miskin ataupun kaya, kita harus saling mengasihi sebagai keluarga yang telah disatukan dalam Pancasila.

Dokpri:Yesus bersama keduabelas murid 
Dokpri:Yesus bersama keduabelas murid 

TITIK KEDUA 

Dokpri:Yesus memanggil para perempuan yang sedang menenun
Dokpri:Yesus memanggil para perempuan yang sedang menenun

Lokasi kedua dengan adegan yang sama yaitu Yesus memanggil beberapa wanita dalam situasi mereka sedang dalam pekerjaan mereka sebagai penenun (pekerjaan utama permpuan di Pulau Timor khususnya Amanuban sebagai salah satu syarat untuk menikah).

Adegan ini mengajarkan kesataraan jender. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Komnas Perempuan, pada tahun 2014, terdapat 4.475 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan. Tahun 2015 sebanyak 6.499 kasus, 2016 sebanyak 5.785 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 2.979 kekerasan seksual yang tergolong dalam KDRT dan 2.670 terjadi pada publik dan komunitas.

Dalam laporan Pos Kupang, Senin, 4 Februari 2019, terdapat 300 Kasus Kekerasan terhadap perempuan dan anak di NTT. Data ini merupakan data dari semua daerah kabupaten dan kota se-NTT. 

Kekerasan ini kebanyakan diakibatkan oleh Budaya, Teknologi, Ketamakan dan Pendidikan sebagai akar dari segalanya (Baca: Budaya, Teknologi dan Ketamakan penyebab kekerasan terhadap perempuan di NTT). Budaya Patriarki yang menganggap perempuan adalah hamba, Perkembangan teknologi yang canggih mengakibatkan cyber crime, dan juga untuk kepuasan hawa nafsu beberapa oknum. Semuanya disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah akibat kesempatan memperoleh pendidikan masih dikekang oleh budaya dan kemiskinan. 

Berdasarkan data-data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan penyetaraan jender belum membuahkan hasil yang sempurna sehingga pada bagian adegan ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memperlakukan, menghormati dan menghargai perempuan yang memiliki derajat sama dengan laki-laki walau secara budaya orang Amanuban, mereka hanyalah penyedia makan bagi suami dan lebih dari itu dalam konotasi negatif, mereka adalah pembantu.

TITIK KETIGA 

Dokpri: Adegan Yesus memanggil para pemain judi
Dokpri: Adegan Yesus memanggil para pemain judi

Di bagian ini beberapa anak memerankan kesedihan meratapi sebuah peristiwa kematian dan yang lainnya sibuk bermain judi. Namun Yesus datang dan memanggil yang sedih untuk bersukacita dan mereka yang berjudi meninggalkan kehidupan mereka yang penuh dengan kejahatan.

Bagian ini mengajarkan kepada masyarakt NTT untuk bangkit dari sebuah tangisan. Kita tahu bahwa NTT merupakan provinsi yang darurat perdagangan manusia (Human Trafficking). Trafficking di NTT sepertinya diartikan sebagai sebuah kata kerja dalam penggunaan Tenses The Simple Present Tense yang berearti peristiwa yang menyatakan fakta (expressing facts), menyatakan kebiasaan (expressing habits) menyatakan masa lalu dan menceritakan sesuatu yang terjadi. Artinya bahwa, NTT identik dengan hal tersebut. Dalam tulisannya NTT: Nasib Tergantung Tetangga di Harian Pagi Timor Express, 12 April 2018, Ebith Lonek mengatakan bahwa Human Trafficking menjadi predikat untuk disematkan bagi masyarakat NTT.

Diharapkan bagian dari adegan ini mengajarkan kepada kita untuk turut berperan dalam pencopotan predikat yang telah disematkan bagi NTT. Kita yang bukan korban jangan berdiri sebagai penonton atau akan berperan sebagai pelaku dan menari di ladang orang sementara mereka yang lain dalam tangisan dan teriakan minta tolong.

Dokpri:Adegan Yesus memanggil mereka yang berduka
Dokpri:Adegan Yesus memanggil mereka yang berduka

TITIK KEEMPAT 

Dokpri:Umat Katholik yang mengambil bagian dalam prosesi Pawai Paskah
Dokpri:Umat Katholik yang mengambil bagian dalam prosesi Pawai Paskah

Bagian yang paling unik terdapat pada titik ini. Para pemeran berasal dari Agama Katholik. Titik ini dibuatkan sebuah lopo dekat salib. Lopo yang merupakan rumah adat Orang Timor selain tempat penyimpanan atau lumbung makanan juga merupakan tempat musyawarah adat yang biasanya diawali dengan makan sirih pinang atau budaya mamat yang memiliki arti sebuah kebersamaan (Baca: Mengenal Mamat, Budaya Orang Timur Makan Sirih Pinang).

Selain itu, ada juga penyebuatan Uis Neno dan Uis Pah (Dianut oleh suku Boti sampai saat ini). Tujuannya adalah menghadirkan Uis Neno dan Uis Pah agar dalam musyawarah yang terjadi, dapat menghasilkan suatu mufakat atau sesuatu yang bermanfaat dan berlangsung dalam suasana aman, penuh persaudaraan, kerukunan, keterbukaan dan kejujuran.

Sebuah narasi yang manis didengar disampaikan oleh seorang petinggi gereja Katholik yang mengajak seluruh umat beragama yang ada di Kecamatan Amanuban Timur untuk hidup dalam kerukunan dan penuh toleransi. Bahkan dalam penyampaiannya, ia mengatakan secara tegas bahwa ego dan intoleransi yang masih dijunjung tinggi oleh beberapa kelompok harus dikuburkan bersama kematian Yesus dan bangkit dengan sebuah kehidupan baru yaitu kehidupan bertoleransi.

Dokpri:Orasi seorang perempuan yang berperan sebagai caleg
Dokpri:Orasi seorang perempuan yang berperan sebagai caleg

Narasi ini, merupakan orasi yang mengancam intoleransi dan radikal yang pelan-pelan membunuh Pancasila yang dipercaya sebagai ideologi istimewah yang mampu menyatukan indonesia dari segala perbedaan.

Pada bagian ini pula, orasi politik dari seorang gadis remaja yang berperan sebagai salah satu calon legislatif. Maknanya juga adalah kesetaraan jender bahwa perempuan pun dapat dipercaya untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

 TITIK KELIMA

Dokpri:Sepatah dua kata dari KOMPAK
Dokpri:Sepatah dua kata dari KOMPAK

Bagian ini adalah bagian yang kembali menegaskan toleransi yang diisi oleh orasi dan paduan suara dari Komunitas Peace Maker Kupang (KOMPAK /Dari berbagai agama). Kehadiran mereka di Amanuban Timur ini sebagai bentuk teladan toleransi dan himbaun kepada masyarakat agar terus menjaga kerukunan umat bergama dan memperkuat ikatan toleransi di Provinsi NTT.

TITIK KEENAM

Dokpri:Adegan Yesus menunggangi kuda dan disambut oleh umat
Dokpri:Adegan Yesus menunggangi kuda dan disambut oleh umat

Bagian ini merupakan bagian penyambutan Yesus sebagai Raja. Dalam adegan ini, Yesus menunggangi kuda dan disambut dengan teriakan Hosana Bagi Raja. Disamping itu, untuk menjaga kehormatan dan sebagai bentuk sanjungan kepad Yesus, Kuda yang ditunggangi tidak dibiarkan menginjak tanah karena telah dipenuhi daun-daunan yang ditumpuk oleh orang-orang yang menyambut Dia.

Hal ini mengajarkan kepada umat Tuhan untuk tetap menghormati Yesus sebagai Raja dan lebih dari itu sebagai Tuhan yang telah menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Makna yang dipetik dari bagian ini juga adalah suatu bentuk pemeliharaan terhadap budaya orang Timor yang dengan kerendahan hatinya memperlakukan tamu seperti seorang Raja (Baca: Kase, Sebutan untuk Tamu oleh Orang Amanuban). Budaya yang hampir punah ini, diharapkan melalui moment ini dapat dipelajari oleh generasi muda dan terus dipelihara sebagai bentuk kearifan lokal.

 TITIK KETUJUH

Dokpri: Adegan perjamuan terakhir Yesus dan murid-murid-Nya
Dokpri: Adegan perjamuan terakhir Yesus dan murid-murid-Nya

Peristiwa Perjamuan Terakhir oleh Yesus dan murid-murid-Nya dilakonkan di titik ini. Pisang Bakar dan Air Kelapa Muda sebagai pengganti Roti dan Anggur digunakan dalam adegan perayaan perjamuan tersebut. Adegan untuk memperingati tubuh Yesus yang dicabik-cabik serta darah-Nya yang mengalir demi menebus umat manusia.

Penggunaan Pisang Bakar dan Air Kelapa Muda sebagai bentuk promosi hasil kekayaan alam di Timor Tengah Selatan yang dipercaya mampu mendongkrak ekonomi masyarakat tapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Uniknya dalam bagian ini, kembali mempromosikan piring dan gelas tradisional orang Timor yang terbuat dari tempurung kelapa dan bambu. Tempurung kelapa dan bambu yang dipotong lalu diukir memiliki nilai estetika dan ekonomis tinggi yang hampir punah. Selain minimnya pengrajin, juga alat-alat makan modern lebih menguasai pasar.

 TITIK KEDELAPAN

Dokpri: Adegan Yesus disiksa
Dokpri: Adegan Yesus disiksa

Dokpri: Adegan Yesus disalibkan
Dokpri: Adegan Yesus disalibkan

Bagian yang merupakan klimaks dari Pawai Paskah ini. Adegan dari Yesus ditangkap di Taman Getsemani, proses penyaliban, mati dan dikuburkan kemudian bangkit dari kematian lalu naik ke sorga.

Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa atas maut. Bukti ini dicatat dalam Injil Matius (28:1-2). Peristiwa ini kita dapat menarik makna bahwa Yesus adalah Allah yang tidak dapat dikekang oleh maut. Ia adalah Allah yang berkuasa atas dosa.

Dokpri: Adegan Yesus bangkit dan menampakan diri pada murid-murid-Nya
Dokpri: Adegan Yesus bangkit dan menampakan diri pada murid-murid-Nya

Dokpri: Adegan Yesus terangkat ke surga
Dokpri: Adegan Yesus terangkat ke surga

Melalui kebangkitan Yesus diharapkan masyarakat NTT bangkit dan Sejahtera sesuai dengan Visi Gubernur NTT, Viktor Laiskodat. NTT harus bangkit dari kemiskinan dan kebodohan agar jangan diperjual belikan seperti barang. Akhirnya masyarakat meraih kesejahteraan sosial yang sesungguhnya.

Dalam prosesi paskah ini, harapan Gubernur NTT adalah Ritual Agama ini harus masuk dalam kalender Pariwisata NTT. Ia berharap melalui Perbup, Prosesi Pawai Paskah Amanuban Timur dijadikan sebagai Wisata Rohani Timor Tengah Selatan dalam nuansa budaya untuk menjaga kearifan lokal. Harapan terbesarnya adalah souvenir berupa salib dan kain adat yang digunakan oleh peserta, kedepan dijual kepada mereka yang hadir untuk menyaksikan ritual ini. Disamping itu, disiapkan penginapan seperti vila dan restoran untuk tamu atau turis yang akan datang. Tujuannya adalah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarkat NTT dan TTS secara khusus.

Dokpri:Arahan dari gubernur NTT
Dokpri:Arahan dari gubernur NTT

Selain Gubernur NTT, Dalam wawancara bersama Bupati TTS, Epi Tahun, Ia berharap ritual yang sudah dilakukan secara berturut-turut delapan kali ini menjadi sebuah histori yang bukan hanya dikenang tetapi terus diceritakan seperti ini sebagai salah satu kearifan lokal Kabupaten Timor Tengah Selatan yang terus dipelihara.

Dalam wawancara tersebut, selebihnya ia memiliki harapan seperti Gubernur bahwa kedepannya harus ditata lebih baik untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.

Tak kalah, dalam Prosesi Paskah tersebut Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa, S.Th menyampaikan harapan kepada umat Kristen untuk tetap menjaga toleransi umat beragama di NTT khususnya di wilayah Kecamatan Amanuban Timur. Ia pun berharap kebangkitan Kristus membangkitkan TTS dari masalah stunting dan kabupaten penyumbang Human Trafficking terbanyak dari NTT.

Dokpri:Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa
Dokpri:Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa

Khusunya masalah stunting, melalui SindoNews, Kamis 24 Januari 24 Januari 2019, Kasus penderita Stunting meningkat. Dalam bulan Januari, RSUD Soe mengurus 8 pasien yang menderita stunting.

Berdasarkan alasan tersebut, Pdt. Yusuf selaku tuan rumah Prosesi Paskah menghimbau kepada seluruh elemen gereja untuk berperang melawan kasus-kasus kemanusiaan tersebut.

Kehadiran pemerintah provinsi, kabupaten, kepolisian dan gereja merupakan peristiwa penguatan kerjasama dari berbagai elemen untuk berperang melawan intoleransi, kemiskinan dan kebodohan. Lebih dari itu sebagai ancaman bagi radikalisme yang mengincar keutuhan toleransi umat beragama di NTT.

Salam!!!

#kampungNTT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun