serentak 2019 sudah usai tetapi masih menjadi topik hangat yang terus diperbincangka oleh publik. Adapun hal-hal yang dibahas adalah hasil Quick Count, Exit Poll dan Real Count. Selain itu, pembahasan mengenai legislatif terus diperbincangkan dan yang menjadi perhatian semua orang adalah meninggalnya para petugas pemilu.
PemiluHingga saat ini, angka kematian terus meningkat. Data per tanggal 22 April 2019 oleh KPU terdapat 91 orang yang meninggal dunia dan 374 sakit dengan total 465 orang dari 20 provinsi. Kemungkinan meningkatknya jumlah orang yang meninggal masih bisa terjadi.
Tanggal 25 April 2019, Liputan6 melaporkan bahwa 5 orang petugas KPPS di Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia tetapi data yang diperoleh baru sebagian dari seluruh TPS. Mengingat pleno yang masih terus dilakukan di tingkat kecamatan memungkinkan kasus serupa akan terjadi lagi.
Pada waktu perhitungan suara di tempat pemungutan suara tempat saya memilih, saya juga ikut memantau. Beberapa KPPS dan PPS mengatakan bahwa mereka belum tidur sama sekali bahkan makan pun belum.
"Beta sonde tidur dari kemarin dulu, ini hari Jumat belum makan", cerita seorang teman saya yang juga anggota KPPS Desa menggunakan bahasa Kupang.
Hal yang sama diceritakan oleh seorang teman guru saya yang sekaligus menjadi Panwaslu salah satu kecamatan di NTT, ia menceritakan kerja KPPS sangat berat dan membutuhkan waktu yang lama.
"Bu, Beta mengantok parah, katong tiap malam pulang jam 3 hampir siang", katanya mengeluh.
Bagi penulis, angkat kematian terus meningkat disebabkan oleh dua hal, yaitu kurang tidur dan kurang sarapan serta pola makan yang tidak teratur. Kesibukan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan logistik pemilu membuat para petugas Pemilu lupa makan. Ketika saya sedang memantau perhitungan surat suara, salah satu dari mereka menghimbau kalau bisa perhatikan perut mereka.
"Lebih baik katong makan tepat waktu, jangan sampe ambulance jemput katong" kata seorang KPPS sambil tertawa.
Sebuah candaan yang memiliki makna mendalam. Rupanya dia telah meramalkan apa yang akan terjadi. Buktinya kita bisa menyaksikan ratusan KPPS yang jatuh sakit dan puluhan orang meninggal dunia. Nah, ada beberapa akibat yang terjadi jika seseorang kurang tidur dan tidak sarapan serta pola makan tidak teratur.
Pertama, kurang tidur. Seseorang yang kurang tidur atau tidak beristirahat dengan cukup akan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sistem kekebalan tubuh sangat bergantung pada kualitas tidur, termasuk di antaranya beberapa senyawa kekebalan seperti cytokine, tingkat antibodi, dan berbagai sel kekebalan lainnya.Â
Realitanya, tidur sebenarnya membantu sistem kekebalan untuk mengenali dan melawan infeksi penyakit. Jika sistem kekebalan seseorang rendah, ia akan lebih gampang sakit. Oleh karena itu, bagi para petugas pemilu yang memiliki riwayat atau sedang mengalami penyakit, memiliki resiko tinggi terjadi infeksi penyakit. Tak heran banyak dari mereka yang harus dilarikan ke rumah sakit untuk membutuhkan pertolongan.
Kurang tidur juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Memang terdapat banyak faktor yang memengaruhi tekanan darah, di antaranya apa yang dikonsumsi dan lain sebagainya. Namun, harus diakui bahwa kekurangan tidur juga bisa memengaruhi tekanan darah seseorang. Jika tekanan darah naik, dan terus memburuk, bisa menyebabkan stroke. Stroke disebabkan ketika seharusnya sistem pembuluh darah dan jantung harus bekerja dengan normal, dipaksa untuk bekerja abnormal.
Selain itu, jantung juga menjadi salah satu organ yang paling terganggu saat kekurangan tidur. Jantung dipaksa bekerja tidak normal secara terus menerus sehingga ada kemungkinan serangan jantung pun bisa terjadi. Hal ini disebabkan karena sistem pembuluh darah dan kekuatan jantung saat memompa darah tidak bisa berjalan dengan normal. Akibatnya, beberapa gangguan yang paling sering terjadi pada jantung adalah seperti serangan jantung, gagal jantung, detak jantung yang terlalu cepat dan denyut jantung yang tidak teratur. Lebih buruknya lagi, Kondisi jantung yang kurang baik pun juga bisa meningkatkan resiko penyakit lain.
Salah satu akibat yang ditakutkan lagi adalah kematian mendadak. Kematian sebenarnya bisa terjadi ketika tubuh sudah mengalami gangguan yang sangat kompleks. Penyakit komplikasi akibat kurang tidur seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kematian mendadak.
Kedua, pola makan tidak teratur atau kurang sarapan. Pola makan yang tidak teratur mengakibatkan resiko penyakit maag. Lambung yang seharusnya bekerja normal akan terus bekerja sehingga mengakibatkan kerusakan pada lambung. Apalagi mereka yang sudah memiliki penyakit tersebut, resikonya adalah infeksi dan harus dilarikan ke rumah sakit secepatnya.
Selain mengakibatkan penyakit maag, seseorang yang tidak makan memiliki resiko terkena penyakit lain lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh yang lemah. Lapar mengakibatkan daya tahan tubuh akan terus menerus menurun. Akibatnya, dengan mudah berbagai virus penyakit menyerang tubuh.
Selain itu, kebiasaan kurang sarapan pun dapat memicu penyakit jantung. Tanggal 24 April 2019, CNN melaporkan bahwa sebuah studi terbaru dalam Journal of the American College of Cardiology mengungkap mereka yang tidak sarapan memiliki resiko lebih tinggi alami penyakit jantung terutama stroke yang dapat memicu kematian.
Studi tersebut melaporkan hal yang sama bahwa resiko kematian yang diakibatkan oleh kurangnya sarapan mencapai 87%. Artinya resiko kematian lebih besar daripada resiko tidak terjadi kematian.
Berdasarkan laporan badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), penyakit jantung terutama stroke menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Angka kematian karena stroke mencapai 15.2 juta kasus di tahun 2016.
Kurang tidur, pola makan tidak teratur, tidak sarapan menjadi penyebab banyaknya penyelenggara pemilu meninggal dunia. Mereka yang memiliki riwayat penyakit atau sedang mengidap penyakit memiliki resiko lebih besar meninggal dunia.
Semua ini, mereka lakukan demi terwujudnya sebuah negara demokratis. Tenaga, pikiran hingga harus korban nyawa. Mereka layak disebut "Pahlawan Demokrasi".
Hal ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah untuk meninjau kembali mekanisme penyelenggaraan pemilu serentak sehingga kita tidak terantuk pada batu yang sama.
Salam!!!
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H