Kebanyakan siswa yang mengalami masalah ini sering melakukan jalan pintas dalam menyelesaikan suatu masalah tanpa mengidentifikasi secara cermat masalah tersebut. Contohnya, menyontek. Siswa lebih memilih menyontek dari teman atau buku daripada memecahkan masalah sendiri. Contoh kedua, membolos. Siswa yang tidak nyaman disekolah akan melakukan segala cara untuk pulang lebih awal. Contoh ketiga, melanggar peraturan sekolah. Akibatnya siswa terdidik dengan kebiasaan buruk tersebut dan tumbuh menjadi generasi penerus para koruptor.
Di sekolah saya, ada beberapa siswa yang tidak peduli sama sekali dengan belajar dan aturan sekolah, tugas tidak dikerjakan, sering membolos, absen dan tidak menaati tata tertib sekolah. Saya selalu mengikuti siswa-siswa yang keseringan melakukan ini. Merka bahkan mempengaruhi teman-temannya yang lain.
Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar atau Salah (Conduct Disorder)
Perilaku tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah adalah masalah yang paling hot disekolah saya. Memang kecenderungan pada sebagian besar siswa adalah tidak mampu membedakan antara perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Ini diakibatkan oleh pola didik orang tua di rumah yang kurang beres. Seharusnya, orang tua mampu memberikan hukuman (punishment) saat anak berperilaku salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak berperilaku baik atau benar. Kebanyakan perilaku ini adalah perilaku anti sosial baik secara verbal dan nonverbal. Di sekolah saya, mereka bersahabat sekali dengan caci maki teman. Ini masalah yang saya tangani setiap hari. Ada salah satu murid saya yang membuat saya stres dimana dia benar-benar tidak menghargai saya, dia melemparkan kursi ketika saya memanggil dia. Siswa ini dikenal dengan mempermainkan guru dan teman-temannya.
Lebih parahnya lagi rata-rata siswa laki-laki saya perokok dan banyak yang telah dirusak oleh dunia pornografi, bahkan ada yang pernah melakukan pelecehan seksual terhadap teman sekelasnya. Mereka hidup dilingkungan yang tidak terdidik, ditambah lagi pola asuh orang tua yang kurang baik.
Perilaku Berkaitan dengan Perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Ada salah satu murid saya, yang benar-benar mengundang emosi saya karena sangat hiperaktif. Perilakunya tidak terkontrol sama sekali.
Setelah melihat masalah-masalah yang identik dengan siswa maka apa yang harus dilakukan oleh seorang guru? Guru harus menjadi konselor atau hakim?
Mari kita melihat tentang guru.
Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi juga mempunyai peran lainnya, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan berperan sebagai konselor. Peran guru sebagai konselor sesungguhnya bukan hanya tugas guru Bimbingan Konseling (BK), tetapi juga tugas setiap guru termasuk saya sebagai guru Matematika. Guru sebagai konselor akan menolong setiap murid yang sedang bermasalah dan jika memungkinkan dapat memberikan solusi sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Guru harusnya menjadi transformator yang mampu mentransormasi perilaku murid dengan kasih. Itu merupakan tugas utama seorang guru. Guru yang baik bukan guru yang fokus pada Kegiatan Belajar Mengajar tetapi fokus pada building character di sekolah.