Mohon tunggu...
Neli Sudarti
Neli Sudarti Mohon Tunggu... -

\r\n

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasaku Bahasa Kita

17 Agustus 2012   01:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Indonesia, ada apa denganmu?

Pertanyaan itu memang kerap ada dalam fikiranku. Kenapa kita warga Indonesia jadi tidak punya kecintaan terhadap negri sendiri? Menyalahkan pemerintah dalam memimpin bangsa saya rasa bukan hal yang baik dan juga bukan jalan menyelesaikan masalah. Saya pernah bekerja di negara orang dan belajar bahasa mereka, tapi bukan berarti saya harus mencintai bahasa mereka dan melupakan bahasa sendiri. Saya menggunakan bahasa yang saya pelajari untuk kepentingan berkomunikasi. Begitu juga yang saya lihat di negara tempat saya bekerja, mereka mahir dalam berbahasa inggris, tapi dalam keseharian mereka berkomunikasi dengan bahasa mereka. Itu juga jadi keuntungan untuk saya yang sedang belajar bahasa mereka. Mereka akan menggunakan bahasa inggris dengan saya ketika saya tidak memahami kata-kata mereka, agar saya lebih mudah mencari terjemahan dalam bahasa Indonesia. Tapi di sana saya cukup bangga sebagai orang Indonesia lidah saya lebih mudah mengucapkan kalimat bahasa asing, sementara mereka terlihat sangat kesulitan untuk bicara dalam bahasa Indonesia, bahkan dalam berbahasa inggris pun kadang terlihat sulit. Saya selalu mendapat pujian dari Bos saya ketika mereka mencoba belajar bahasa Indonesia, mereka bilang kalau saya bisa dengan mudah mengikuti kata-kata dia tapi dia sangat sulit mengikuti kata-kata saya, untuk mengucapkan selamat pagi saja mereka harus mencoba berkali-kali dan hasilnya tidak memuaskan. Saya bekerja sebagai Buruh Migran Indonesia di Hongkong waktu itu dan Bos saya berbahasa kantonis untuk percakapan sehari-hari dengan saya.

Saya ingin memberikan seedikit gambaran dengan menulis cerpen di bawah ini. Gaya kebanyakan anak muda yang sekarang saya rasakan jauh dari penggunaan dan kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

"Lin lo taw ga low Sammy dh pulng kemarin,dia cantik bgt loch. w aja pangling." Linda mendelik membaca pesan dari Dini di ponselnya. Bukan karna kaget perihal kepulangan Sammy alias sumiyati sahabat karibnya seperti yang di beritahukan Dini, tapi krena membaca pesan darinya yang selalu menggunakan bahasa penulisan dengan singkatan dan kata-kata yang kadang sulit untuk di baca dan di mengerti. Alasannya sih katanya biar ngirit abjad buat berkirim pesan biar tidak mahal, tapi ujung-ujungnya si penerima pesan jadi seperti Linda ini, harus melotot dan kadang mengernyitkan kening untuk mikir apa maksud pesan yang di terimanya. Mungkin juga cuma Linda saja yang tidak suka ikut-ikutan trend gaya penulisan atau kata-kata yang sering di sebut dengan gaya anak alay.

"ia,dia sudah mengabariku kemarin dan janji mau ke rumah hari ini. kamu mau ke sini juga? sekalian biar kumpul bareng."

"k, w jg bt d hom truz.jam brp maw ketemu?"

Lagi-lagi Linda mengernyitkan dahinya sambil sedikit geleng-geleng kepala. Irit banget sih memang untuk penggunaan layar di ponselnya, tapi pernah kefikiran ngga sih klau kata-katanya yang ribet sudah bikin orang lain mumet alis pusing. Belum juga linda selesai mengetik balasan pesan untuk Dini, ada panggilan masuk di ponselnya.

"Assalamu'alaikum sumi." Linda mengawali pembicaraan ketika di ponselnya mempelihatkan nama sumiyati yang menghubunginya.

"Wa'alaikum salam." jawab Sumiyati ketus. tentu saja, sudah pasti lidah Linda keseleo lagi memanggil namanya.

"gue on the way go to you home." lanjutnya dalam bahasa inggris yang dulu paling dia benci sewaktu sekolah, tapi sekrang dia senang sekali menggunakan bahasa yang satu ini. Linda senang sahabatnya mahir dalam berbahasa asing, tapi miris juga sih kalau dalam keseharian temannya jadi lebih mencintai bahasa negara lain dari pada bahasa pribumi.

"iya saya tunggu ya, Dini juga akan kemari Sum, eh..samm." segera Linda meluruskan lidahnya biar yang punya nama tidak tersinggung lagi.

"ok say, miss you so much."

Setelah menutup ponselnya Linda jadi semakin merinding dengan sikap sahabat-sahaatnya. Ada banyak pertanyaan dalam fikirannya. Dia seakan kehilangan sahabat-sahabatnya yang manis.Sumiyati nama asli Indonesia, tapi dia menjadi lebih suka di panggil Sammy semenjak bekerja sebagai BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hongkong. Cuma lidah Linda selalu saja keseleo kalau di suruh panggil Sammy,sampai yang di panggil kadang manyun karena menurutnya nama yang di berikan dari kedua orang tuanya itu tidak gaul dan pasaran. Linda cuma senyum-senyum mendengar alasan Sumi mengganti panggilannya. Karena bahkan dia menjadi suka uring-uringan kalau orang tuanya memanggilnya dengan panggilan sumi.

Oh Indonesiaku, apa ini yang di sebut beragam suku bangsa dan suku bahasa? Lantas di kemanakan ilmu belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah dulu?

Jika bukan kita yang mulai memperbaiki bahasa kita, bagaimana generasi penerus kita? Akankah mereka tetap mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar? Atau akan ada gaya kepenulisan baru dengan kata-kata alay yang membuat lidah kita lebih keseleo lagi ketika membacanya?

Mari bersama kita menjaga bahasa kita, sebelum orang lain mengambilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun