Jalanku gontai, perasaanku tak menentu. Matahari pun bersembunyi pada awan yang gelap, seakan dia pun merasa takut sebagaimana aku rasakan. Kudengar langkah kaki mengikutiku, aku pun menghentikan langkahku.
"Pada akhirnya engkau pun harus tahu, bahwa sesuatu yang membuatmu begitu bimbang dengan tingkahmu sendiri ...."
Aku tak begitu paham apa yang tengah dia katakan, Nayla tersenyum dan menyentuh bahuku. Pancaran mata seperti ada sesuatu yang ingin dia katakan, tapi aku tak ingin bertanya padanya. Aku takut membuatnya kesal lagi, tangannya menggandengku.
Dia membingbingku menelusuri jalan setapak, entah bagaimana aku melihat anak perempuan itu ada di depanku bersama temannya. Mereka seperti tengah bertukar mainan, sayang seorang wanita menarik dan menyeret anak kecil itu dan sahabatnya itu berteriak. Aku pun melepaskan tanganku dari genggaman Nayla, ketika aku ingin mengejar anak itu Randy menarik tanganku.
Aku terdiam menatapnya, begitupun dengannya hanya menatapku tak begeming. "Apakah kau yang memberiku boneka beruang itu?" aku bertanya padanya, namun dia tak menjawab. Dengan cepat ia menarikku dalam pelukannya, aku tidak mengerti sebenarnya ada apa. Tapi aku merasa tenang ketika ada dipelukannya.
"Maafkan aku ...."
Mataku menatap Nayla yang berdiri menyaksikan adegan berpelukan, Randy pun melepaskan pelukannya. Dia memegang bahuku dan menggandengku menulusuri kembali jalan setapak ini. Kulihat Nayla tersenyum simpul dan berjalan di belakangku.
Sesuatu perasaan yang tak mampu kungkapkan, airmataku berlinang begitu saja. Randy menunjukkan sebuah tangga usang di ujung gudang yang tak terpakai lagi. Aku melihat gadis kecil itu memeluk boneka beruang, dia terisak menangis. Aku menatap Randy dan Nayla, "Apakah aku pernah duduk dibawah tangga itu?"
"Apakah kau ingat?" Nayla menggenggap tanganku, "dan lelaki di sampingmu ini adalah dia yang bermain denganmu, boneka yang beruang itu dari dia ...."
Kulihat buliran bening membasahi pipinya, dia menggelengkan kepalanya seakan ia tak sanggup lagi untuk melihat diriku. "Maafkan aku tak membetitahu kalian terlebih dulu, karena aku takut membuat Dinda gelisa. Namun, ternyata dia lebih tersiksa dan dihantui masalalunya ...."
Sekarang aku tahu, anak kecil yang selalu hadir dalam mimpiku adalah diriku sendiri. Bagaimana bisa, ibu menyimpan rahasia ini. Ternyata aku adalah seorang anak yang ditemukan dalam gudang, ibu dan ayahku membuang begitu saja.