Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Penerbangan Ditunda

18 Juni 2020   12:33 Diperbarui: 19 Juni 2020   13:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Rosidah binti Musa

Dua kali petugas imigrasi menelepon bosku, dari  kamar ia berteriak-teriak memanggil namaku. Aku sedang sibuk bersi-bersi pun terperanjat dan bergegas mendekati bosku."What happen, Mom?"

Ketika aku bertanya, wajahnya merah padam dan kebingungan. Melihatnya begitu, membuatku bertanya-bertanya apa sebabnya ia begitu marah dan sangat gelisa.
"Paspormu mana?"
Pertanyaan yang aneh, aku pun sedikit bingung dan mencoba tenang untuk menjawab kata-katanya.
"Aku tidak memegang paspor, Mom ...."
"Hah ...."
Kata "Hah" membuatku tambah kebingungan, dan hanya memberi senyum seadanya saja.
"Kamu tahu nggak, kalau petugas imigrasi menanyakan paspormu ...."
"Lho, aku tidak tahu, Mom. Aku tidak memegangnya, Mom ...."

Bosku tambah bingung dengan jawabanku, ia semakin menjadi dengan ucapanku. Dia terus mengintrograsi, dan aku pun sekali lagi menjelaskan padanya. Bahwa tentang paspor atau perihal semacamnya, aku tak tahu menau.
"Sekarang kamu tidak perlu bersiin jendela itu, segera ganti baju dan berangkat ke Wan chai."

Aku pun masih bingung, namun segera kutelepon ejenku dan bertanya padanya sebenarnya apa yang terjadi pada pasporku.

Belum saja aku bicara, bosku langsung menyela dan meminta ponselku ia pun berbicara dengan ejenku. Kubiarkan dia berbicara sampai ngotot, bahwa ada yang salah dengan pasporku.

Setelah mereka berbicara dan akhirnya bosku memintaku segera pergi ke imigrasi untul menjelaskan tentang apa yang terjadi, aku pun meninggalkan semua pekerjaanku dan segera berangkat menuju Wan chai.

Di tengah perjalanan aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa ejenku lalai dengan masalah ini, sedangkan penerbanganku besok. Ada rasa sedikit takut, dan gelisah. Padahal di rumah bos, aku biasa saja. Bahkan senyum-senyum seakan tidak ada masalah apa pun.

Aku sudah sampai sebelum jam yang ditentukan, tapi tak kulihat batang hidung ejenku. Kucoba mengirim pesan singkat lewat whatsapp, namun tak ada balasan darinya. Antrian di depan sangat panjang dan kursi pun penuh dengan mbak-mbak yang ingin renew kontrak atau ganti majikan.

Mataku masih mencari keberadaan ejen, padahal bosku bilang imigrasi itu meminta sebelum jam empat sudah harus ada di Wan chai, tapi aku tak melihat kokoh ejenku.

Jam menunjukkan pukul tiga, masih saja aku tak melihat lelaki muda itu. Aku jadi was-was, karena ini adalah pertama kali kupulang, sebelumnya sampai tujuh tahun aku belum pulang.

Dari ujung lelaki yang memakai kemeja biru muda tersenyum, dan aku merasa sedikit lega. "Lei kemloi geh ...."

Dia tak menjawab, namun langsung membawa mbak yang baru datang dari Indonesia antri duluan dan dia memintaku untuk tinggu sebentar. Hatiku masih terasa tidak enak, meskipun kokoh sudah sampai.
"Bunga ke sini ...."

Akhirnya dia memanggilku dan langsung mengurus, di depanku ada polisi. Aku mencoba sedikit tegas, meskipun sebenarnya takut untuk menatap polisi itu. Ejenku pun menjelaskan, bahwa paspor sudah diperbarui dari bulan lalu. Bahkan semua sudah dibereskan, orang aku pun sudah memegang tiket pesawat untuk keberangkatanku besok.

"Memangnya apa yang salah, A ser?" tanya kokoh.
Aku pun ikut menarap polisi di depan, karena ada kokoh, jadi sesikit berani menatap polisi di depanku. "Bukankah aku sudah memperbaruinya? Apa yang salah?"

Petanyaan kokoh memberondong polisi yang ada di depan, ia pun diam letika melihat data-datanya. Matanya menatap petugas wanita yang ada di belakang ragu.
"Nggak begini lho ...."

Aku mendengar polisi itu berkata, seketika wajahku berubah jadi ingin tertawa. Tapi aku tahan, karena aku tak mau terlihat meremehkan orang, sebab itu tidak baik 'bukan.
"Kita butuh photo copy surat-surat renew-nya ...."

Ejen menatapku dan begitupun dengan aku, ya ampun. Cuma photo copy? Kenapa harus bilang bahwa pasporku kadaluarsa. Membuat bosku khawatir sampai dia teriak-teriak.
"Cuma photo copy?"
"Iya photo copy," katanya mengulang perkataan kokoh.
"Kalau cuma photo copy, tak perlu cece ke sini 'kan?"

Mereka tersenyum dan menjawab iya, alhasil uangku terbuang gitu saja. Empat puluh dollar, kan lumayan kalau buat beli jajanan oleh-oleh. Ya sudahlah, mungkin sudah jalannya begini. Dikerjain imigrasi, sampai rumah bosku tertawa dan ia pun mengumpat petigas imigrasi.
"Mungkin dia masih baru kerja di imigrasi kali ya, nggak teliti mengeceknya ...."

Aku hanya tersenyum, Alhamdulillah akhirnya pulang Indonesia juga. Pasti setiap perjalanan mempunyai cerita tersendiri dan setiap akad selalu saja ada cabaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun