Sedangkan aku sendiri tak tahu, jika ia sudah beristri. Karena ia mengatakan duda, aku percaya dengan pengakuannya. Ketika aku melihat facebook-nya pun tak ada foto perempuan, atau foto seorang anak. Semuanya hanya foto Mas Baim.
"Aku sudah memaafkanmu, nok. Pulanglah, kasian bayimu, tak perlu malu. Semua sudah terjadi, dan kita harus menerimanya meskipun, ibu tahu sangatlah berat untukmu ...."
"Aku sudah memalukan nama keluarga, sungguh Bu. Aku tidak tahu bahwa dia sudah beristri, bahkan dia bilang bahwa ia duda ...." kataku untuk menegaskan.
"Sudahlah nok, kamu jelaskan apa pun. Mereka tidak percaya dengan pernyataanmu itu, sekarang kamu segeralah pulang ...."
Aku harus siap dengan segala resikonya, ini hak mereka untuk membenci atau menyukaiku. Benar kata ibu, mereka tidak akan pernah percaya dengan penjelasanku, sedangkan kabar tentangku pelakor sudah tersebar dimana-mana. Mau, tak mau aku harus menerimanya dan aku berjanji akan merubah. Biarkan ini akan menjadi pelajaran hidupku, agar aku tak mengulangi lagi kejadian kelam ini.
"Baiklah Bu, aku pulang ...."
Terima kasih bu, atas segalanya. Meskipun diriku sudah membuatmu malu, namun kau tetap merangkul dan melindungiku. Seharusnya aku mendengarkan apa katanya, dan sekarang aku menyesali segala sesuat yang pernah kubuat. Bahkan aku tak sedikit membuatnya sedih dan menjatuhkan air matanya.Â
Benar kata orang, orangtua tak akan meninggalkan anaknya, ketika anaknya terpuruk dan terjatuh dalam kubangan. Ia akan mengulurkan tangan dan melindunginya. Layaknya cangkang kura-kura melindunginya dari segala mara bahaya, terima kasih ternyata kasihmu sepanjang masa, ibu.
Oleh: Rosidah binti Musa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H