Aku pun segera masuk dalam rumah, anak yang kujaga terbangun dan meminta turun dari kereta bayi. Hampir setiap hari jendela rumah bosku tertutup rapat. Tak biasanya aku selalu membuka lebar-lebar, membiarkan matahari masuk dalam rumah.
Tapi tak sekarang, kututup rapat-rapat. Sempat adik bosku datang dan dia bertanya mengapa aku tak membuka hordeng atau jendela. Aku hanya menjawab, lupa untuk membuka.
*****
Hari ini aku pun pergi kesuper market dan sekarang berangkat sendiri. Sebab anak yang kujaga ada kakaknya di rumah. Jadi aku bisa pergi kepasar sendiri.
Jalanan depan Jurong West Stadio begitu sepi tak banyak orang berlalu-lalang, aku pun berjalan santai. Karena tak khawatir tentang Nadia anak paling kecil yang aku jaga. Namun, kenyataannya tak seindah yang aku pikirkan. Dia bersama teman-temannya berdiri santai.
Bagaimana bisa mereka pagi-pagi sudah berdiri di depan pintu pasar? Apakah tak ada kerjaan selain cari mangsa untuk mencari kekasih. Sungguh kesal, mereka merusak suasanaku hari ini.
Dari jauh pun aku berpikir untuk mencari setrategi agar masuk dalam pasar tanpa diketahui mereka, kulihat ada seorang nenek membawa keranjang sayuran yang di dorong. Aku pun mengikutinya dan pura-pura bertanya.
"Do you want to go market, grandma?" tanyaku basa-basi. Mataku masih mengawasi dia.
"Yeah, do you?"
"Yeah me too, than we go together ...." kataku.
Akhirnya aku pun selamat dari intaian mereka, dan berpisah dengan nenek itu. Aku ke kiri, nenek itu ke kanan. Baru saja melangkah, memilih sayuran. Kulihat mereka pun beranjak dan masuk dalam pasar. Hatiku tak keruan, keringat panas dingin membasahi tubuhku.
Lelaki itu sudah mengincarku semenjak, aku dan anakku bermain di taman. Ketika itu dia membantu mengambilkan bola, karena kupikir berterima kasih itu sifat manusia dan kesalahanku itu tersenyum padanya.