"Kita cerai."
"Apa? Kenapa Mas? Salahku apa, dan mengapa kau menceraikanku?"
Reza mencoba menjelaskan namun dia merasa gugup,"Ambilah ini, Niss. Ini adalah kunci rumah dan kunci mobil untukmu. Aku tak bisa mengatakan kenapa harus menceraikanmu."
Rasanya tak habis pikir, Nissa menatap lekat suaminya ia mencari apa yang salah pada dirinya hingga sampai hati ingin menceraikannya. Tapi dia tak menemukan apa pun di mata Reza, dengan lembut Nissa mengambil kunci rumah dan mobil yang diletakan oleh suaminya di atas meja.
"Ambillah, Mas. Ini adalah uang hasilmu, hasil keringatmu. Saya tidak ada hak mengambilnya darimu, Mas. Jika itu yang Mas minta, Insya Allah aku mampu melalui Mas. Terima kasih." Wanita muda itu angkat kaki tampa membawa satu barang dari rumah itu, karena ia tahu semua barang yang ada di dalam adalah hasil keringat suaminya. Meskipun ada barang Nissa, tapi ia tak mengambilnya.
*****
Luka tinggallah luka, dan itu sudah seperti mimpi buruk yang tak diinginkan. Namun sesakit apa pun luka itu kini telah menjadi kenangan bahkan tak patut dirutuki dimasa depan, kenangan itu sudah terkubur bersama kepedihan dan tinggallah kebahagiaan yang tak terduga. Janji Allah itu selalu tepat, setelah kepedihan pasti datanglah kebahagiaan dan Nissa sangat beruntung mendapatkan seorang yang mampu menuntunnya untuk bangkit dalam keterpurukan.
"Salamat ya Nissa atas peluncuran Butik Manisku." Ucapan selamat dari tamu undangan hingga teman, kerabat, saudara dan keluarga termasuk suami tercinta yang telah membawa Nissa melewati segala keterpurukkan.
"Terima kasih, ini pun berkat dukungan kalian dan Mas Azam terima kasih atas segala yang diberikan untukku." Nissa memeluk erat suaminya yang memberi bunga diatas stage, mata Nissa menyapu disegala ruangan itu dan terhenti pada lelaki yang berdiri diujung pintu masuk matanya menatap lurus kearah lelaki yang tengah mengangkut barang-barang berisi busana manisku.
Kaki Nissa yang tiba-tiba melangkah menuju lelaki itu, sepontan membuat semua orang terheran dan memanggil namanya. Namun Nissa terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan orang, Azam hanya terdiam dan membiarkan Nissa berjalan dia hanya mengikutinya dari belakang. Namun lelaki yang diujung pintu masuk itu bergegas masuk dalam mobil Van dan perlaham mobil itu bringsut meninggalkan gedung mewah itu. Nissa terdiam dan terduduk lemas air matanya membasahi pipinya, mengapa kenangan yang terkubur terbuyar lagi dan mengapa harus dipertemukan dengannya dalam keadaan dia begitu. Apa yang terjadi pada Reza, dia adalah suaminya tapi itu dulu.
"Mas Reza," lirih Nissa.