Dia lelah akan semua yang disembunyikan oleh suaminya, mengapa ia tak jujur saja bila dia sudah bosan dengan Nissa. Ia pun akan sanggup menanggung jika memang harus dimadu oleh sang suami, bahkan ia rela berbagi apa pun jika memang itu yang diinginkannya. Bukan seperti ini menyembunyikannya bahkan ia menutupi apa yang dilakukan dibelakang Nissa itu sangat menyakitkan, wanita mana yang sanggup bersikap seperti dia. Di dunia ini mungkim bisa terhitung seribu satu mencari wanita yang sabarnya seperti Nissa, disakiti dari belakang tak pernah membalas namun ia mendoakan suaminya agar selalu berjaya di pekerjaannya.
Sungguh lelaki yang tak pernah mengenal pengorbanan sang istri, entah sudah berapa air mata membasahi wajah wanita berhijab itu menahan segala cabikan belati yang ditorehkan oleh Reza. Ia tahu tak berdarah, namun rasa sakitnya melebihi luka yang berdarah dan seperti awet di dalamnya.
*****
"Bisa bertemu dengan Pak Reza?"
"Maaf Bu, Pak Reza tengah ada meeting dengan Bu Liza."
"Saya istrinya, apakah harus menunggu?" tanya Nissa sedikit penasaran."Bukankah ini jam makan siang?"
Nissa tetap memaksa masuk dan tak memperdulikan sang pegawai yang ingin menghentilan langkahnya. Tangan Nissa menampik tangan pegaiwai itu lalu membuka pintu kantor suaminya, dan yang dilihat adalah pemandangan sangat menyayat hatinya. Bekal yang ada di tangannya terjatuh seketika bersamaan dengan buliran bening yang tak mampu ia bendung lagi. Apakah itu balasan kesetiaan seorang istri oleh suaminya, sungguh tak adil rasanya jika sang suami ternyata benar-benar mempunyai wanita lain selain dirinya. Tapi mengapa dia harus menyembunyikannya dari Nissa, jika ia ingin mempunyai istri lagi dia rela dimadu meskipun ia tak menginginkan. Tapi jika Reza menginginkannya, Nissa ikhlas pada segala ketentuannya.
Langkah Nissa tertati seperti tak ada tenaga lagi untuk berlari, ia melihat kebelakang tak nampak sang suami mengejarnya meski tadi terdengar dia memanggil nama Nissa. Lagi-lagi Nissa mencoba menguatkan hatinya, dan tak ingin membenci suaminya.
"Maafkan aku atas kelancangan tadi siang, Mas."
"Niss ...." Reza mencoba mengatakan sesuatu, namun sepertinya tertahan dan hanya terlihat wajah yang kebingungan untuk menjelaskannya."Maafkan aku, kau adalah wanita istimewah untukku. Namun ...."
"Katakan saja, Mas. Aku siapa apa pun yang akan kau ucapkan Mas."