Mohon tunggu...
Neni Nurachman (Nie_NooR)
Neni Nurachman (Nie_NooR) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Fiksi dan Non Fiksi

Suka menulis non fiksi dan fiksi, namun lebih sering fiksi dengan gendre tulisan bernilai untuk bahan bacaan anak dan remaja. Tulisan syarat makna kehidupan dan pembentuk karakter anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dolphin Perak

16 Agustus 2019   20:00 Diperbarui: 16 Agustus 2019   20:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian 1

(Neni Nurachman)

Riuh, walau sosok mungil berseragam telah ada di depan kelas. Pesawat kertas terbang dari semua penjuru, saling berbalas.

Ketukan keras papan tulis membuat hening. Senyum perempuan muda berjilbab kuning tersungging. Deg. Ada rasa tak karuan dalam dada. Lesung pipi dan tatapannya menghadirkan gejolak. Aku tak mengerti. Sejak saat itu kupindah duduk, di depan meja guru, setiap ia mengajar.

Aku, si pembuat onar, menjadi murid superhero bagi guru baru itu. Siap menghapuskan papan tulis, membawakan tumpukan buku paket, dan segala hal yang membuat Bu Guru terbantu.

"Gani, lusa Bu Shopia ulang tahun!" Bisik Nania, teman berdebatku.

Aku terbelalak. Segera ku berselancar di wall medsos guru itu. Hampir satu semester  membuntutinya, mengapa aku tidak tahu tanggal penting itu?

"Saya mau menyimpan buku-buku ini ke meja Bu Shopia," pamitku pada Pak Riyan, yang berada di ruang guru. Seraya kusimpan tumpukan buku, lalu menyimpan bungkusan kecil, di atas meja.

Hari ini, aku cowok paling bahagia di dunia. Kutatap lekat tanpa berkedip sosok guru itu. Dolphin perak tersemat di jilbabnya. Setelah pelajaran selesai, aku membawakan perlengkapan dan tumpukan buku PR sekelas, mengikuti Bu Guru pujaanku. Aku ingin sekali mendengar, ucapan bahwa ia senang menerima pin itu dariku.

"Wuah, pin keren bertengger di jilbab perempuan cantik. Gimana, suka Bu?" Tiba-tiba Pak Riyan, sekaligus paman Nania, menghampirinya.

"Saya suka, terima kasih, Pak. Sudah repot-repot memberikan kejutan ini," Bu Shopia tertunduk.

Aku melotot ke arah Pak Riyan. Pandangannya melirik sinis padaku. Langkah kupercepat, lalu menyimpan semua yang kubawa di atas mejanya. Sebelum menghilang dari ruangan itu, kulayangkan tatapan nanar pada Pak Riyan. Sesampainya di kelas, aku melihat Nania tergelak, menatapku sinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun