Mohon tunggu...
Neni Pudaria
Neni Pudaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Huku

Mahasiswa Fakultas Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia dan Laut China Selatan, Diplomasi atau Konfrontasi?

20 November 2024   19:30 Diperbarui: 20 November 2024   19:58 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laut China Selatan menjadi salah satu kawasan dengan sengketa paling rumit di dunia, melibatkan klaim kedaulatan dari berbagai negara. Bagi Indonesia, tantangan ini semakin nyata dengan pelanggaran rutin di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Natuna Utara oleh kapal-kapal asing, termasuk milik China. 

Meskipun secara resmi Indonesia tidak mengakui adanya sengketa di wilayah ini, klaim sepihak China berdasarkan peta sembilan garis putus-putus (nine-dash line) sering kali berbenturan dengan kedaulatan wilayah Indonesia.

Hingga kini, pemerintah Indonesia lebih mengedepankan pendekatan diplomasi, baik melalui ASEAN maupun forum internasional seperti PBB, untuk meredakan ketegangan. Pendekatan ini bertujuan menjaga stabilitas kawasan tanpa memicu konflik yang lebih besar.

 Namun, langkah diplomatik sering kali dinilai tidak cukup tegas oleh sebagian pihak, terutama mengingat pelanggaran di Natuna Utara terus terjadi. Peningkatan patroli maritim dan pengerahan armada militer telah dilakukan, tetapi tetap dibatasi agar tidak dianggap sebagai bentuk provokasi.

Indonesia kini menghadapi dilema strategis: apakah diplomasi cukup untuk mempertahankan kedaulatan, atau perlu mengambil langkah yang lebih berani dengan menunjukkan kekuatan di lapangan? 

Di satu sisi, konfrontasi militer dapat mempertegas sikap Indonesia, tetapi juga berisiko memicu eskalasi konflik dengan negara-negara lain di kawasan. Di sisi lain, diplomasi membutuhkan waktu panjang dan kesabaran, sementara ancaman terhadap wilayah maritim terus berlanjut.

Kasus ini menjadi ujian besar bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan yang seimbang, demi menjaga kedaulatan nasional sekaligus mencegah ketegangan yang berpotensi merusak stabilitas kawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun