Beduk magrib berkumandang. Ifa, siswi kelas 2 SD segera berlari ke kamar mandi untuk berwudu.
"Dik, ayuk, salat bersama!" ajak Ifa kepada Ira, adiknya, yang duduk di kelas satu SD.
"Nanti aja!" mata Ira fokus kepada layar HP.
"Sekarang aja, kan kita mau berdoa bersama!" Ifa setengah memaksa.
Ira menatap kakaknya. Dahinya berkerut seperti mengingat sesuatu.
Sejenak kemudian, ia seperti teringat sesuatu. Ia segera menyimpan HP, dan bergegas pergi ke kamar mandi.
"O, iya, Kak. Sebentar!" teriaknya.
Secepat kilat, Ira sudah selesai berwudu, dan mereka pun salat bersama.
Ibu mereka sedari tadi melihat dan mendengar percakapan mereka. Dalam hatinya, ia merasa heran, kok mereka gesit amat untuk salat, tak seperti biasanya!
Eh, apa tadi? Berdoa bersama? Lha, ini lebih aneh lagi! Mereka mau berdoa apa! Ia pun segera melaksanakan salat dengan hati penuh tanda tanya.
Sampai ia selesai salat, dilihatnya anak-anak masih baru beres berdoa. Sambil menggendong anak ketiganya yang masih bayi, ia tak dapat menahan rasa penasarannya.
"Kakak sama adik Ira, tadi berdoanya lama sekali, ya?
"Iya, Mih!" jawab Ifa sambil tersipu.
"Emang doanya apa sih?"
"Oh, itu kok...," jawab Ifa menggantung. Ia menatap adiknya sambil tersipu-siou.
'Mami pingi tahu, deh! Boleh?"
"Iya, Mih," ifa ragu-ragu.
"Jadi doanya....?"
"Gini, Mih," Ifa membetulkan letak duduknya," Ya, Allah, semoga Mami banyak uang, biar aku dapet kartu ujian!" ujar Ifa dan Ira malu-malu.
Deg, serasa ada yang menghantam dadanya. Ia tersentak, tak menyangka, begitu rupanya doa anak-anaknya.
Mungkin mereka merasa malu belum dibagi kartu ujian, karena ia memang belum membayar uang ujian anak-anaknya.
"Iya, doakan Mami, ya, Nak! Mudah-mudahan besok kalian dapet kartu ujian!" ujarnya sambil memeluk ketiga anaknya dengan penuh rasa kasih sayang.
Ya, Allah, mudahkanlah kami dalam mencari rezeki yang halal di sisi-Mu! Bisik hatinya dengan penuh haru.
