Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Ifa dan Ira

28 Mei 2024   09:50 Diperbarui: 28 Mei 2024   10:01 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto:alquranmulia.wordpress.com

Sampai ia selesai salat, dilihatnya anak-anak masih baru beres berdoa.  Sambil menggendong anak ketiganya yang masih bayi, ia tak dapat menahan rasa penasarannya.

"Kakak sama adik Ira, tadi berdoanya lama sekali, ya?

"Iya, Mih!" jawab Ifa sambil tersipu.

"Emang doanya apa sih?"

"Oh, itu kok...," jawab Ifa menggantung. Ia menatap adiknya sambil tersipu-siou.

'Mami pingi tahu, deh! Boleh?"

"Iya, Mih," ifa ragu-ragu.

"Jadi doanya....?"

"Gini, Mih," Ifa membetulkan letak duduknya," Ya, Allah, semoga Mami banyak uang, biar aku dapet kartu ujian!" ujar Ifa dan Ira malu-malu.

Deg, serasa ada yang menghantam dadanya. Ia tersentak, tak menyangka, begitu rupanya doa anak-anaknya.

Mungkin mereka merasa malu belum dibagi kartu ujian, karena ia memang belum membayar uang ujian anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun