Selepas istirahat, suasana di kelas sangat gerah, kulihat anak-anak pun bermandikan keringat. Akhir-akhir ini, suhu udara memang cukup tinggi, ditambah anak-anak kelas empat ini tak bisa diam. Mereka sedari tadi asyik bermain lari-larian dengan gembira. Saatnya bel masuk, mereka menjadi kelelahan dan mengantuk.
Gawat! Mereka tak mungkin bisa belajar dengan situasi seperti ini! Pikirku.
Kebetulan pelajaran di jam akhir ini adalah Pendidikan Pancasila, materinya tentang norma dan adat istiadat. Sebelum lanjut belajar, kupersilakan anak-anak untuk melakukan relaksasi. Caranya: posisi duduk tegak, mata terpejam, melakukan tarik dan buang napas, sampai mereka merasa segar.
Hm, lumayanlah! Mereka duduk dengan anteng selama beberapa menit.
"Nah, anak-anak, sambil duduk relaks, silakan saksikan tayangan berikut, ya!"
Kuputar video yang berhubungan dengan materi pelajaran.
"Apa yang kalian lihat tadi, Nak?" tanyaku, sambil mematikan video.
"Norma, Bu!" jawab Didit spontan.
"Bagus!" kuacungkan jempol padanya.
"Kira-kira apa ya, yang dimaksud dengan norma?" tanyaku lebih lanjut.
Kuedarkan pandangan ke seluruh kelas.
"Aturan, Bu!" jawab mereka dengan penuh semangat.
"Ya, betul! Norma adalah aturan yang sifatnya mengikat suatu kelompok orang di dalam masyarakat. Di rumah, di sekolah, di masyarakat, terdapat aturan yang harus dipatuhi."
"Di rumah kalian masing-masing pun ada aturan yang harus kalian patuhi, meskipun tidak tertulis. Betul, Tidak?"
"Betul, Bu!"
"Nah, sekarang kalian renungkan, aturan apa sajakah yang ada di rumahmu!"
Kuberikan waktu kepada mereka untuk berpikir. Kuperhatikan mereka saling berbisik-bisik dengan temannya, kemudian tertawa-tawa.
Kudekati Adi, yang sedang tertawa.
"Bisa kauceritakan aturan di rumahmu, Di? kelihatannya kamu senang sekali!" ujarku sambil tersenyum.
Kulihat Adi menggaruk-garuk kepalanya.
"Banyak, Bu! Abi mah sok dicarekan wae (Aku suka dimarahin terus)!"
"Dimarahin bagaimana, Di?" tanyaku penasaran.
"Lamun teu sakola agama, abi sok dilelepkeun(Kalau tidak masuk sekolah madrasah, aku suka dibenamkan ke air!)"
Mendengar perkataan Adi, tawa anak-anak pun pecah.
"Lamun abi bolos, japati abi bakal dipeuncit, Bu(Kalau bolos sekolah, merpati saya dipotong)!" celetuk Bayu.
Sontak semua tertawa lagi.
"Telingaku suka dijewer, Bu!" timpal Sipa.
"Waduh!" refleks kuraba telingaku sambil tertawa.
"Nah, kalau Sipa patuh, dijewerkah?"
"Tidak, Bu!"
"Jadi, kalau enggak mau dijewer, harus bagaimana, Nak?"
"Harus patuh, Bu!" mereka menyimpulkan.
Aku mengangguk-angguk senang.
"Nah, siapa lagi yang mau bercerita tentang aturan di rumah masing-masing? O, iya, bergiliran saja, ya?"
"Iya, Bu!"
Kutanya mereka satu persatu. Rata-rata aturan di rumah mereka standar saja, seperti harus bangun pagi, membereskan tempat tidur, mengasuh adik, membantu ibu, dan lain sebagainya. Mereka terlihat antusias saat bercerita.
"Nah, anak-anak,Ibu sangat puas karena kalian mau saling berbagi tentang aturan yang berlaku di rumah masing-masing, serta sanksi yang kalian terima jika tidak mematuhinya. Aturan dibuat, agar kehidupan dapat berjalan dengan tertib dan aman."
"Sekarang, silakan kalian tuliskan kembali aturan di rumah kalian yang sudah kalian sebutkan, ya! Jangan lupa memakai ejaan yang benar!"
"Baik, Bu!"
Mereka terlihat bersemangat saat menulis tugas, diselingi dengan tertawa gembira saling bertukar cerita tentang aturan di rumah mereka. Hm, hilang sudah rasa lelah dan ngantuk, hingga bel pulang pun berdentang.
Hohoho
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI