Hai, sahabat semua,
Makanan apa yang paling disuka sahabat?
Makanan yang direbus, dipanggang, disangrai, dikukus, atau digoreng?
Kalau saya memilih yang digoreng! Hehehe
Menurut saya pribadi, makanan yang digoreng, rasanya lebih enak, bila dibandingkan dengan cara dikukus, misalnya, Hal ini terjadi, karena sejak kecil, saya sudah diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan yang digoreng. Apalagi jika dimakan dengan saus atau cabe rawit. Hm, mantap!
Makan cemilan yang digoreng terlalu banyak, jelas tidaklah dianjurkan. Makanan yang digoreng banyak mengandung minyak, yang sulit dicerna dan cenderung disimpan menjadai cadangan lemak.
Dilansir dari alodokter,com, terlalu banyak makan makanan yang digoreng akan mengakibatkan:
Kelebihan berat badan,
Makanan yang digoreng akan menyerap lemak dari minyak, sehingga kalorinya akan menjadi lebih tinggi. Makin tinggi asupan kalori harian seseorang, makin tinggi pula risiko ia mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, kandungan lemak dalam makanan yang digoreng juga memainkan peran penting dalam penambahan berat badan. Lemak ini diketahui dapat memengaruhi kerja hormon yang dapat meningkatkan nafsu makan dan penyimpanan lemak.
Memicu penyakit jantung
Bahaya makan gorengan lainnya adalah menyebabkan penyakit jantung. Telah diketahui bahwa gorengan dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung.
Wah, sungguh berbahaya sekali!
Bagaimana, nih?
Padahal saat sehabis lebaran, biasanya cemilan yang digoreng sangat melimpah.
Ketika kembali dari mudik, saya dioleh-olehi bermacam cemilan yang digoreng, seperti tahu goreng, cimol goreng, seblak goreng, termasuk keripik singkong dan saroja!
Wah, itu semua makanan favorit saya! Hehehe.
Mengontrol kadar minyak dalam cemilan
Mengingat bahaya makan cemilan yang digoreng yang tak bisa disepelekan, maka saya mulai mencoba untuk membatasi mengonsumsinya.
Namun, upaya saya ternyata gagal! Saya masih selalu ingin menikmati cemilan yang digoreng. Untuk itu saya berupaya untuk mengurangi kadar minyak dari cemilan yang saya gandrungi.
Saat saya mengamati plastik cemilan, ternyata di bagian bawah terdapat endapan minyak. Iseng-iseng saya miringkan plastik yang berisi cemilan keripik singkong itu semalaman. Pada pagi hari, minyak sudah terkumpul di sudut plastik. Hal ini memudahkan kita untuk membuangnya.
Saya buat lubang kecil di ujung plastik, dan menempatkan piring kecil di bawahnya. Minyak pun mengalir keluar.
Wah, tak terbayang, apabila minyak itu termakan oleh saya.
Cukup banyak minyak yang keluar, sehingga cemilan tadi hanya tinggal mengandung sedikit minyak, dan lebih aman dikonsumsi.
Yuk, kita kurangi kadar minyak dalam cemilan kita!
Untuk mengurangi kadar minyak, selain dengan cara tersebut, kita dapat membungkus makanan tersebut dengan tisu, atau kertas penyerap minyak.
Saya jadi teringat dengan salah satu guru yang sudah pensiun, namanya Ibu Haji Leni. Beliau selalu membungkus gorengan dengan tisu berlapis-lapis sebelum mengonsumsinya. Ternyata, makanan beliau menjadi terbebas dari minyak. Tisu yang tadinya kering, menjadi basah oleh minyak.
Kebiasaan beliau kemudian saya tiru dalam kehidupan sehari-hari.
Saat mengangkat gorengan dari wajan, makanan tersebut saya tiriskan. Dan pada waktu penyajian, saya alasi piring dengan tisu beberapa lapis terlebih dahulu. Alhasil, gorengan saya menjadi terbebas dari minyak berlebih.
Demikian pengalaman saya, mengontrol kadar minyak pada cemilan saya.
Nah, sudahkah anda mengontrol kadar minyak pada cemilan anda?
Yuk, kurangi kadar minyaknya!
Terima kasih kepada rekan yang sudah membaca artikel saya, semoga bermanfaat.
Aamiin Ya Rabbal Alamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H