Berikut strategi yang kami rancang:
- Mudik setelah melaksanakan Idul Fitri di rumah Tak ingin mengalami hal tidak menyenangkan seperti tahun-tahun sebelumnya, kami memutuskan untuk mudik sesaat setelah melaksanakan Idul Fitri di rumah. Kami bisa bersilaturahmi terlebih dahulu dengan para tetangga, dan saling berbagi dengan anak-anak di sekitar rumah.Dengan mudik saat hari H, diharapkan lalu-lintas lancar dan aman, karena orang-orang sedang sibuk dengan keluarganya, serta berziarah kubur.Menengok orang tua seminggu sebelum lebaranSeminggu sebelum lebaran, paksu bersilaturahmi dulu ke rumah orang tuanya di Panjalu, sambil membawa bahan makanan. Kebetulan paksu beternak ayam birma, dan sudah layak untuk dipotong. Nah, sekalian dikirim duluan agar bisa dinikmati keluarga di Panjalu. Tak lupa, ada sedikit daging sapi kesukaan ibu mertua.
- Menumpang mobil kepada anak
Nah, agar gratis, aman dan nyaman, kami memutuskan untuk mudik dengan cara menumpang pada anak mantu. Sekalian bisa sambil mengasuh cucu. Hati senang, sepanjang perjalanan bisa santai sambil ngemil makanan, hihihi.
- Pulang setelah keadaan lalulintas berangsur pulih Setelah berlebaran, kami harus memantau situasi. Jangan sampai kami harus balik arah lagi. Lalu-lintas di sekitar Panjalu, Ciamis, sangat padat, dikarenakan selain pemudik, juga banyak turis domestik yang berwisata ke Situ Lengkong, sekaligus berziarah ke makam waliyullah.Bus-bus besar dari luar kota, bahkan dari dari luar provinsi, memenuhi pinggiran jalan, sehingga arus lalu-lintas terganggu.Jika keadaan sudah agak sepi, barulah kami bisa pulang ke rumah.
Nah, itulah strategi mudik ala saya yang gratis, aman, dan nyaman.
Bagaimana dengan mudik Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H