Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagaimana Membuat Pupuh dengan Lirik Kontekstual?

16 Februari 2023   12:01 Diperbarui: 16 Februari 2023   12:07 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berawal dari chat yang kuterima dari paman, seorang kepala sekolah yang sangat aktif dan mencintai seni sunda, penulia jadi kepikiran untuk membuat lirik lagu pupuh sunda.
"De, orang lain sudah melesat dengan pembelajaran kontekstual," demikian bunyi chatnya.
"Wah, hebat. Saya masih jalan di tempat, Om!" balas penulis dengan emoji malu.
"Coba dengarkan pupuh sunda ini. Barangkali bisa menginspirasi!"
"Siap!"
Paman mengirimkan pupuh sunda yang sudah dikreasi liriknya dengan konteks yang sesuai dengan lingkungan budaya setempat.
"Wah, kreatif, ya, Om!" penulis berdecak kagum saat mendengarkan pupuh kreasi tersebut.
"Iya, saatnya kita berkreasi juga!"
"Kita mau bikin pupuh kontekstual juga, Om?" tanya penulis antusias.
"Ya, coba bikin lirik pupuh, semampunya saja!" paman mengakhiri chatnya.
Seharian itu, penulis menyimak pupuh kreasi, dan ternyata sangat menarik.
Dilansir dari  posbaru.com pupuh adalah karya sastra suku Sunda yang menggabungkan seni sastra dan lagu sunda serta mempunyai rima dan jumlah suku kata yang membentuk pola di setiap padalisan/larik yang diikat dengan patokan yang baku.
Ada 17 jenis pupuh Sunda yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Sekar Ageung dan Sekar Alit.
Yang termasuk Sekar Ageung ada empat pupuh, yaitu: Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula.
Pupuh Sekar Alir terdiri dari: Pupuh Lambang,. Pupuh Maskumambang,. Pupuh Pucung,. Pupuh Ladrang, Pupuh Balakbak, Pupuh Pangkur, Pupuh Magatru, Pupuh Jurudemung, Pupuh Mijil, Pupuh Wirangrong, Pupuh Gurisa, Pupuh Gambuh, dan Pupuh Durma.
Kuamati patokan Kinanti yang terdiri dari enam padalisan/larik di setiap pada/baitnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
Larik kesatu 8u
Larik kedua 8i
Larik ketiga 8a
Larik keempat 8i
Larik kelima 8a
Larik keenam 8i

Apa kira-kira konten kontekstual yang bisa diangkat menjadi lirik pupuh? Penulis berpikir keras. Bagaimana jika menggunakan nama-nama kecamatan dan kerajinan tangan khas Kota Tasikmalaya, ya?
Mungkin boleh juga! Hehe
Segera penulis mengambil balpoin, dan menulis nama-nama kecamatan di Kota Tasikmalaya.
Kuutak-atik pupuh Kinanti dengan nama 10 (sepuluh) kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya, agar klop dengan patokan pupuh. Hm, ternyata hasilnya seperti ini:

 Kinanti

Kinanti seja mitutur
Kacamatan Kota Tasik
Aya sapuluh jumlahna
Pek regepkeun masing telik
Poma hidep sing daria
Tataan masing tarapti


Nu kahiji Purbaratu
Cibeureum, jeung Tamansari
Cipedes, Cihideung, Tawang
Kawalu jeung Mangkubumi
Palih kulon Indihiang
Nu pamungkas Bungursari

Untuk Pupuh Maskumambang dan pupuh Mijil, penulis mencoba menampilkan jenis kerajinan tangan khas Kota Tasikmalaya, beserta nama tempatnya.

Maskumambang

Maskumambang midang kriya Kota Tasik
Hayu rang tataan
Di cigeureung aya batik
Payung Geulis Panyingkiran


Kelom geulis Tamansari
Bordel di Kawalu tea
Purbaratu mendong jaya
Cigadog anyaman awi

Mijil

Mijil midang kriya Kota Tasik
Tinangtu kasohor
Kelom Gobras, di Kawalu bordel
Panyingkiran sentra payung geulis
Di Cigeureung batik
Dukung masing nanjung

Demikian tiga kreasi pupuh kontekstual sederhana, yang berhasil ditulis. Dan ternyata, untuk perlombaan  seni siswa  tingkat kecamatan pada bulan Maret 2023, lirik pupuh harus dibuat  oleh guru.
Wah, mantap!
Mudah-mudahan, lirik pupuh tersebut, dapat digunakan oleh siswa SDN 4 Sukamanah saat lomba nanti.
Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun