"Tuh, kan, jadi luka!" beliau mengamatiku.
"Ibu kan sudah bilang, jangan metik pepaya sendiri! Kenapa, sih, kamu suka ngotot?"
"Kan, Ibu suka pepaya. Tadi aku mau ngasih ke Ibu!" ujarku takut-takut.
"Tapi kamu jadi luka! Di wajah, lagi!" Ibu nampak kesal,"Wajah bagi anak perempuan itu adalah harta yang berharga!" omelnya.
Aku termangu sambil merasakan perih.
"Nanti kita tebang saja pohonnya!"
Aku terkejut.
"Jangan, Bu!" kupandangi pohon pepaya yang berbuah lebat.
"Udah, jangan merengek!" tukas Ibu.
Ibu segera membawaku ke kamar mandi dan membersihkan lukaku serta mengolesnya dengan betadine. Teh Dini dan Ati pun jadi ikut terbangun.
Benar saja, tak lama kemuadian, Ibu menebang pohon pepaya dengan golok.