Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Chairilku

19 Januari 2023   05:26 Diperbarui: 19 Januari 2023   05:30 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh Neni Hendriati

Kau kutatap lekat
Dalam Tshirt mengenang 100 tahunmu, Chairil
Penuh gairah membuncah
mengukir sepak terjangmu
menerabas batas
Bara semangat tak redup cahaya
Tersemat dalam diksi puisimu
Mengobarkan api
Bakari gudang keangkuhan
Telisik pasir goreskan kisah
Dengan tema-tema tak terduga
Menerabas batas melintasi imajinasi
Berbuah lebat beri gizi bagi semesta

Chairil,
Kurasakan luka hatimu
Ada kasih tak sampai
Mengharu biru menguras air mata
Lunglai mengingat dia
Yang terbang menunggangi pusaran angin
Jejajah kata berjuta kepedihan kau teriakkan
Mengiris jiwa yang berempati
Turut merasakan sendiri
Takdir pahit sepertimu
Biar luka kubawa berlari biar hilang pedih peri!
Duh, betapa dalam maknanya

Baca juga: Cerpen: Kapok

Chairil
Begitulah kau,
Menanggung lara
Tak putus berkarya
Hiduplah kau seribu tahun lagi, Chairilku
Dalam jejak-jejak puisi

(Karya pernah dimuat di jurdik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun