Baru beberapa meter, rasa penasaran tentang anak pemberani itu, membuatku menghentikan sepeda dan kutengok ke belakang. Lho, kok gak ada? Aku terkejut! Kutengok kiri kanan, tak ada anak itu. Ke mana perginya?
Kalau diamati, tidak ada jalan yang dapat dilalui ke kanan atau ke kiri, karena sebelah kiri adalah benteng,pemisah sawah dan perumahan, sebelah kanan adalah rumah-rumah kosong dengan pagar terkunci.
Seketika kurasakan bulu kuduk merinding, segera kubalikkan sepeda, menyusur jalan yang telah kulewati. Tetap tak kutemukan anak itu!
Sesaat aku termangu di tengah jalan, suasana lengang, semakin membuatku ketakutan. Segera ku berlalu dari situ. Pulang! Itu yang kupikirkan.
Kukayuh sepeda, menyusuri jalanan, dan kulihat di depan, masjid yang tadi kulalui. Ada sedikit rasa lega, berarti aku masih di jalan yang benar!
Jalan-jalan hari ini kuurungkan.
Masih kupikirkan, siapa anak berwajah pucat misterius itu.
Mungkinkah dia...? Hiy,
Ah!
(Tulisan pernah diterbitkan di jurdik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H