Yang kukhawatirkan terjadi. Ketika mendekati rumahnya, kulihat dengan ekor mata, dia sedang duduk santai. Dan begitu melihatku dari kejauhan, dia segera berlari masuk, dan, brak! Pintu ditutup sekencang-kencangnya.
Terasa seperti ada bom meledak di kepalaku. Kalau tak kutahan, mungkin aku akan mendampratnya. Untunglah, kesadaran masih berpihak kepadaku.
Kuusap dada, dan segera berlalu dari situ.
Hai, tetangga, mengapa memusuhiku?
Mengapa memblokir nomorku?
Aku sudah ikhlaskan hutangmu.
Tak perlu malu. Kita bercanda seperti dulu
Kalimat-kalimat itu berputar di dadaku, mudah-mudahan dia mendengar bisikan hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H