Mohon tunggu...
Neni Komalasari
Neni Komalasari Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Pengembang dan Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Substansi Filsafat Ilmu dan Implikasinya terhadap Dunia Pendidikan

2 September 2021   18:45 Diperbarui: 2 September 2021   18:48 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

Fifsafat (philosophy) adalah filsafat umum, filsafat yang mengkaji segala sesuatu yang ada di alam semesta untuk mengetahui kebenaran yang hakiki atau yang sesungguhnya.  Kata Filsafat merupakan bahasa Yunani kuno "philosophia". Philo artinya cinta, dan sophia artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat secara etimologi berarti Love of Wisdom (Cinta kepada kebijaksanaan).

Ada beberapa tokoh filosof yang mendefiniskan apa itu filsafat. Seorang filosof bernama Socrates (469-399 SM) mendefiniskan bahwa filsafat adalah ilmu yang mengkaji teori tentang alam semesta untuk mengenal diri sendiri. Sementara menurut filosof bernama Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) filsafat merupakan ilmu yang mengkaji tentang hal-hal yang bersifat asasi dan abadi untuk menghamonikan keyakinan dengan menggunakan akal pikiran.

Ada juga beberapa para filosof muslim yang memberi makna tetang filsafat. Filosof bernama Al-Kindi (790-873 M) mendefinisikan bahwa filsafat adalah ilmu yang mulia dan terbaik. Sementara filosof bernama Al-Farabi (870-950) mendefinisikan bahwa filsafat merupakan ilmu mengenai yang ada dan tidak bertentangan dengan agama. Sementara filosof Ibnu Rusyd (1126-1198) mendefinisikan bahwa filsafat merupakan jalan menuju Yang Maha Pencipta. Seorang filosof yang lebih terkenal dengan ahli tasawuf, Al-Ghazali (1059-1111) mengatakan bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama, filsafat menjelaskan dan memantapkan hal-hal mengenai agama.

Selain filosof barat dan filosof muslim, ada juga beberapa tokoh yang mejelaskan tentang filsafat. Salah satunya adalah M.J. Langeveld (Menuju ke Pemikiran Filsafat, 1959, hal 10). Menurutnya filsafat merupakan hasil pembuktian dan uraian dari keseluruhan upaya kita memikirkan dan menyelami masalah apapun yang dapat diterima oleh akal dan saling menyusun, berhubungan serta saling bertanggungjawab. 

Seorang tokoh bernama Franz Magnis Suseno (Filsafat sebagai Ilmu Kritis, 1993, hal 18) menurutnya filsafat dapat dipandang sebagai usaha manusia untuk menangani pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai berbagai masalah yang dihadapi manusia secara bertanggung jawab. 

Dan Harold H.Titus et.al dalam bukunya Living Issues in Philosophy (1984:5) menjelaskan bahwa filsafat sebagai "a process of reflecting upon and criticizing our most deeply held beliefs" (suatu proses perenungan dan pengkritikan terhadap keyakinan-keyakinan kita yang paling dalam). Dalam bukunya itu Titus mengemukakan 5 definisi filsafat yang mengandung arti berbeda, (H.M.Rasyidi "Persoalan-Persoalan Filsafat, 1984:11-14), yaitu sebagai berikut: Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis; Filsafat adalah suatu proses ktitik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi; Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran tentang kehidupan sebagai suatu keseluruhan, yang merupakan hasil berbagai sains dan pengalaman kemanusiaan; Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep; Filsafat adalah sekumpulan problema yang menjadi perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Maka, jelaslah dari berbagai substansi tentang apa itu filsafat. Filsafat secara radikal dan sistematis berupaya mencari sebab-sebab yang paling mendasar atau paling akhir sejauh yang mampu dijangkau oleh akal manusia mengenai segala hal yang ada sebagai suatu keseluruhan. Dalam upaya yang radikal itulah filsafat berbeda dengan ilmu-ilmu positif. Ilmu-ilmu positif mempersoalkan suatu masalah dan mencari apa sebabnya. Jawaban terhadap masalah-masalah pada ilmu positif selalu menimbulkan masalah baru. Sedangkan filsafat secara radikal langsung mencari sebab terakhir.

Filsafat menyerupai theologi, tetapi filsafat berbeda dengan theologi karena filsafat hanya mendasarkan diri pada pembuktian yang dapat diterima akal manusia, dan tidak mendasarkan diri pada kekuasaan, baik tradisi maupun wahyu. (Arief Sidharta, 2008). Inti dari kegiatan berfilsafat yaitu berpikir. Ciri-ciri berpikir secara filsafat adalah sebagai berikut:  Berpikir radikal, yaitu menggali sampai ke akar-akar persoalan yang paling mendalam untuk menemukan hakekat atau makna yang sesungguhnya. Berpikir secara menyeluruh, komprehensif, secara umum (universal), tentang sesuatu. 

Berpikir konseptual melalui perenungan atau kontemplasi yaitu menemukan konsep atau teori, dan bukan untuk menemukan bukti empiris. Berpikir secara koheren dan konsisten. Koheren maksudnya sesuai dengan kaedah berpikir logis, dan konsisten maksudnya pemikiran itu tidak mengandung kontradiksi. Berpikir sistematik, yaitu pemikiran itu bertujuan, tersusun menurut sistem, ide yang disusun saling berhubungan. Berpikir bebas dan bertanggung jawab.

 Filsafat Ilmu

Ilmu dalam bahasa Inggris adalah science, dan diindonesiakan menjadi sains, seperti dalam istilah yang lazim, 'sains dan teknologi'. Tapi di lapangan sains tidak mengacu kepada ilmu pengetahuan secara luas melainkan hanya menyebut pada kelompok ilmu pengetahuan tertentu saja, yaitu natural sciences sebagaimana diungkapkan oleh Mc. Graw-Hill (1974) 'The study of natural sciences and the application of this knowledge for practical purposes'. Masalahnya jika ilmu pengetahuan dipahami seperti itu, maka kategori lainnya tidak termasuk dalam bidang pengertian ilmu pengetahuan.

Sekarang ini kita meyaksikan ilmu pengetahuan telah berkembang sangat pesat. Satu hal yang pada waktu dulu belum dimengerti sebagai ilmu pengetahuan sekarang telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri. Selain itu kemajuan ilmu menuju ke arah perkembangan yang semakin kompleks. Ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat monodisipliner, tetapi bersifat antardisipliner, interdisipliner bahkan multidisipliner (Van Melsen, 1985).

Ilmu antardisipliner merupakan bidang keilmuan yang senantiasa dikaji dari dua disiplin ilmu. Ilmu-ilmu interdisipliner adalah ilmu yang telah berkembang dari dua disiplin ilmu, menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Ilmu multidisipliner merupakan bidang ilmu yang senantiasa dikaji dari berbagai pendekatan keilmuan.

Urgensi filsafat ilmu dapat dilihat dari perannya sebagai rekan yang kritis untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu memperkenalkan diskursus ilmu pengetahuan secara utuh. Filsafat ilmu menegaskan nilai moral bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu dapat berdiri di tengah cabang ilmu pengetahuan sebagai pengontrol dan pengarah bagi penerapannya. Termasuk di dalamnya bisa sebagai pengontrol terhadap dunia pendidikan.

Secara historis ilmu filsafat berbeda dengan filsafat ilmu. Ilmu filsafat berarti filsafat sebagai cabang ilmu, sedangkan filsafat ilmu berarti filsafat yang mewarnai seluruh disiplin keilmuan. Filsafat sebagai ilmu memiliki sistematika sebagai berikut: Gegenstand, yaitu suatu objek sasaran untuk diteliti dan diketahui menuju suatu pengetahuan, kenyataan, atau kebenaran. Gegenstand tadi terus menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti. Setelah itu ada alasan atau motif tertentu, dan dengan cara tertentu mengapa Gegenstand tadi terus-menerus dipertanyakan. Rangkaian dari jawaban yang dikemukakan kemudian disusun kembali ke dalam satu kesatuan sistem.

Menurut Koento Wibisono, filsafat adalah ilmu yang menunjukkan bagaimana usaha manusia yang tidak pernah menyerah untuk menentukan kebenaran secara kritis dan mendasar. Oleh karena itu dalam filsafat, proses yang dilalui adalah refleksi, kontemplasi, abstraksi, dialog, dan evaluasi menuju suatu kesimpulan. Filsafat sebagai ilmu mempertanyakan substansi dari objek yang dihadapinya dengan menempatkan objek itu pada kedudukannya secara utuh. Hal ini berbeda dengan ilmu-ilmu cabang lain, yang hanya melihat pada satu dimensi saja.

Implikasi terhadap Dunia Pendidikan

Filsafat merupakan dasar bagi proses pendidikan yang menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil juga bermoral luhur. Dalam prosesnya pemberian  filsafat ilmu pada semua tingkatan pendidikan memiliki tujuan dan metode instruksional yang memperhatikan berbagai faktor. Sangatlah tepat ketika memasukkan mata kuliah filsafat ilmu dengan berbagai perbaikan di dalamnya ke dalam kurikulum pendidikan yang ada, dalam rangka peningkatan mutu akademik, sebab filsafat ilmu berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi pandangan manusia Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Hal ini diharapkan mampu melakukan perbaikan yang mendasar untuk memahami hakikat ilmu sampai pada batas yang tidak terhingga.

Filsafat mengajarkan setiap manusia harus cerdas dan  bermoral luhur.  Filsafat bertujuan supaya pendidikan moral tersebut dapat dicapai dengan peningkatan kekuatan penalaran ilmiah, yakni melalui pemberian materi ajar tentang filsafat ilmu dalam dunia pendidikan. Dengan  harapan ketika filsafat ilmu masuk ke dalam dunia pendidikan bisa memahami seluk beluk ilmu secara ilmiah-filsafati, tanpa orang tersebut harus menjadi seorang filosof. Hal ini akan menjadikan diri manusia sebagai ilmuwan yang arif dan terhindar dari kesombongan intelektual, mengamalkan ilmu sebaik-baiknya untuk kemaslahatan bersama dan tidak menjadikan ilmu sebagai bentuk hapalan saja.

Daftar Pustaka

Franz Magnis Suseno (1992). Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Langeveld, M.J. (1959). Menuju Kepemikiran Filsafat (terjemahan G.J.Claesen, Penerbit PT Pembangunan, Jakarta.

Titus, Harold H; Smith, M.S. and Nolan, R.T. (1984) Persoalan- Persoalan Filsafat (Terjemahan H.M.Rasyidi ,Penerbit Bulan Bintang, Jakarta.

Koento Wibisono, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualitasnya dalam Pembangunan Nasional: Suatu Tinjauan dari Sudut Tradisi Pemikiran Barat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun